Tidak hanya itu, ketiga sub-genre yang dipopulerkan oleh 3 kawasan/daerah berbeda ini tentunya juga  mempunyai cirikhas bumbu, kelengkapan sajian dan juga cara penyajian yang relatif berbeda-beda. Insha Allah untuk tema ini akan saya ulas pada artikel terpisah, ya!
Sedangkan genre dari Jawa Tengah, kuliner bebek goreng yang terkenal terkonsentrasi dari seputar kawasan Solo Raya alias karesidenan Surakarta  dan sekitarnya.
Uniknya, konsep jualan kuliner bebek gorengnya berbeda banget dengan genre Jawa Timuran. Selain menjadikannya sebagai menu tunggal, umumnya juga dikemas ala rumah makan atau restoran bukan kaki lima, bahkan beberapa diantaranya ada yang sukses besar dengan cabang mencapai ratusan di seluruh Indonesia setelah diwaralabakan.
Kronik kepopuleran kuliner bebek goreng, hingga sekarang tersebar ke seluruh pelosok nusantara dan menjadi favorit banyak kalangan, tidak bisa lepas dari diaspora pedagang pecel lele dan juga sea food dari genre Jawa Timuran, khususnya dari Lamongan-Tuban yang pada dekade 80-an telah melanglang buana ke seluruh pelosok nusantara memperkenalkan kuliner khas mereka seperti Soto Lamongan, tahu campur dan tentunya pecel lele juga aneka olahan sea food. .
Sepertinya untuk keperluan diversifikasi menu jualan, hingga akhirnya pada awal dekade 90-an, mereka juga menawarkan menu yang relatif baru, yaitu bebek goreng berikut ubarampe kelengkapan untuk menikmatinya yaitu lalap sayuran dan sambal, kelengkapan yang sama untuk menikmati pecel lele yang lebih dulu jadi menu andalan.
Baca Juga : Â Tanda Tanya dalam Sepiring Mie Bancir, Khas Kota Banjarmasin nan Bungas
Sejak saat itu, pelan tapi pasti sajian bebek goreng terus berevolusi, tidak hanya  up to date bersama ragam variasinya untuk terus menggoda penikmat "kuliner jalanan" seperti saya semata! Beberapa diantaranya juga berhasil "naik kelas" menjadi menu wajib di ruang makan berlabel "mahal" negeri ini. Selamat ya bek!