Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Frasa "Turun Bagawi", Jejak Arsitektur Rumah Urang Banjar di Masa Lalu

26 Juli 2022   22:57 Diperbarui: 29 Juli 2022   03:17 1633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Panggung Adat Banjar | @kaekaha

Misalkan, "Luh, laki ikam turun kah?" atau "Luh, anak ikam kada turun?"

Tapi, meskipun tidak lengkap dalam menyebutkannya, uniknya semua tetap paham jika yang dimaksudkan adalah turun yang bermakna pergi atau berangkat, baik pergi kerja maupun berangkat sekolah. 

Rumah Adat Banjar | @kaekaha
Rumah Adat Banjar | @kaekaha

Etimologi Para Tetuha

Pergeseran makna kata "turun" dalam frasa "turun bagawi" ini, menurut beberapa tetuha di kampung  tidak tiba-tiba ada, tapi justru berhubungan erat dengan peradaban masyarakat Banjar dari masa lalu. Waaaaw dari masa lalu?

Pergeseran makna ini ternyata sebuah "jejak" bersejarah dari konstruksi arsitektur rumah Banjar di masa lalu yang umumnya berbentuk ala rumah panggung.

Rumah panggung yaitu rumah yang fisik bangunannya dibangun berjarak (tidak menempel) dengan permukaan tanah, dengan ketinggian sesuai dengan kebutuhan, tergantung jenis rumah adat Banjar-nya dan keperluannya yang biasanya untuk menghindari banjir maupun serangan binatang buas.

Karena posisi fisik rumah panggung lebih tinggi dari pada umumnya, maka untuk mengaksesnya diperlukan tangga yang umumnya juga terbuat dari bahan kayu dengan berbagai model yang biasanya berhias dengan aneka ukiran tradisional yang  khas.  

Jadi kalau direkonstruksi, sebenarnya kalimat awal penbentuk frasa "turun bagawi" adalah "turun gasan bagawi"  yang artinya adalah turun untuk bekerja.  

Kata turun disini mengindikasikan bahwa untuk bagawi  atau bekerja, maka seseorang harus turun dulu. Dalam konteks ini jelas, turun-nya adalah turun dari rumah (panggung) menuju tempat bekerja. Ini juga berlaku untuk frasa setara seperti turun sakulah. 

Tangga Rumah (panggung) Adat Banjar | @kaekaha
Tangga Rumah (panggung) Adat Banjar | @kaekaha
Uniknya, kalau ditelusuri lebih jauh, sebenarnya "jejak" konstruksi rumah adat Banjar di masa lalu di dalam Bahasa Banjar, tidak hanya ada pada frasa untuk "turun-nya" saja, turun bagawi dan atau turun sakulah saja, tapi "naik-nya" juga.

Jika anda berkesempatan bertamu ke rumah Urang Banjar, terutama yang di daerah-daerah, biasanya ucapan atau ajakan tuan rumah untuk mempersilakan tamunya masuk ke dalam rumah, bukan "silakan masuk" atau "ayo masuk" tapi "silakan naik" atau "ayo naik", tentu dengan bahasa dan logat khas Banjar, meskipun rumah tinggal si-tuan rumah bukan lagi rumah panggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun