Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

MICE di Likupang, Melihat dan Merasakan Langsung Peran Vital Internet untuk Pariwisata Modern

17 Juli 2022   22:32 Diperbarui: 17 Juli 2022   22:53 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disini, selain acara makan malam dengan menu-menu kuliner tradisional khas Manado, kita juga berkesempatan mendapatkan paparan budaya Minahasa sekaligus berdiskusi (meeting) dengan dua orang yang berkompeten, yaitu Kadispar Sulawesi Utara, Henry Richard Kaitjily dan Reinhard Wewengkang (budayawan sekaligus owner Padies Kimuwu).  

Di Pulau Lihaga | @kaekaha
Di Pulau Lihaga | @kaekaha
Incentive Trip ke Likupang, Minahasa Utara

Hari ke-3, jadwalnya kami menikmati incentive trip ke Likupang, destinasi super prioritas (DSP) pariwisata di Kabupaten Minahasa Utara, yang secara geografis terletak di bagian tanduk pulau Sulawesi dan berjarak tempuh sekitar 1 jam perjalanan dari Kota Manado.

Tujuan pertama kami adalah Pulau Lihaga, pulau mungil berpasir putih yang super cantik di lepas pantai Kecamatan Likupang Barat yang bisa ditempuh dengan perjalanan laut hanya sekitar 15 menit saja dari Dermaga Desa Serei, dermaga tradisional terdekat. Beruntung, cuaca pagi ini sedang bersahabat hingga bisa menyeberang dengan aman menggunakan kapal milik penduduk setempat.

Pulau Lihaga | @kaekaha
Pulau Lihaga | @kaekaha

Di Lihaga ini, kami sebenarnya dijadwalkan untuk melakukan water activity, seperti snorkling dan kayaking tapi karena tiba-tiba cuaca berubah dan mejadi tidak kondusif, kami hanya sempat ber-snorkling saja, itupun juga tidak terlalu lama. 

Selebihnya kami mengeksplor keindahan pulau berpasir putih itu dengan mengelilinginya dan mengabadikan spot-spot cantik sebagai dokumentasi untuk artikel.

Sekali lagi, karena tidak mau menikmati keindahan alam Lihaga sendirian, saya kembali mengajak anak dan istri di Banjarmasin untuk menikmati suguhan alam kepulauan khas nusantara ini melalui video streaming dan uniknya, ternyata bukan hanya saya yang mengakses internet, tapi hampir semua! Ada yang posting foto/video di medsos, bahkan ada juga teman yang masih diminta bos-nya untuk meeting kerjaan.  

Hutan Mangroove di Bahoi | @kaekaha
Hutan Mangroove di Bahoi | @kaekaha

Setelah puas menikmati alam Lihaga, kita kembali ke Desa Serei dan langsung melanjutkan perjalanan menuju Desa Bahoi. Desa yang terkenal dengan hutan Mangrove yang menyimpan sekitar 12 spesies bakau yang sudah teridentifikasi dan perairannya menjadi jalur migrasi kawanan duyung.

Selain itu, masyarakat di sini juga masih mempertahankan kekhasan tradisi dan budayanya. Dua diantaranay yang menjadi trademark adalah tradisi masamper dan Keroncong Gitar Mama. Dari Desa Bahoi, kami langsung menuju Paradise Hotel Golf & Resto di Likupang Timur untuk istirahat.

Sampai sekarang saya masih sering kontak dengan hukum tua (kades) Bahoi via whatsapp untuk keperluan data artikel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun