Begitu juga dengan homestay dalam rumah warga untuk menginap wisatawan yang menginginkan pengalaman berbeda, berbaur sekaligus menikmati aktifitas masyarakat desa sehari-hari yang masih kental dengan tradisi khas Sangihe.
Disini, wisatawan tidak hanya bisa menikmati beragam kuliner Likupang yang kaya rempah, seperti bubur manado atau tinutuan, cakalang fufu, nasi kuning, milu siram, sup brenebon, pisang goroho goreng sambal roa, lalampa, panada dll, tapi juga bisa ikut terlibat dalam proses pengolahannya. Nah asyik kan!?
Kedepannya, atraksi yang melibatkan wisatawan secara langsung wajib diperbanyak jenis maupun variasinya, kalau sekarang sudah ada aktifitas memasak, kedepannya sangat memungkinkan mengajak wisatawan dalam workshop menari tari-tarian khas seperti, tari masamper, empat wayer, pato-pato dll.
Bisa juga bermain atau mungkin membuat alat musik kolintang yang memang berasal dari Minahasa Utara, dari bahan kayu pohon lokal, seperti Kayu Pohon Wenuang, Waru, Cempaka dan Kayu Telur yang kesemuanya mempunyai tekstur kuat tapi ringan. Tertarik?
Bak bidadari kecil yang baru tumbuh, "Surga" Likupang akan terus tumbuh dan berkembang menjadi layaknya bidadari kayangan yang penuh pesona. Semoga jejak inspiratif Dokter Marie Thomas dan Alfred Russel Wallace bisa terwujud, guna menambah keragaman destinasi wisata di DSP Likupang, sekaligus menebar inspirasi dan motivasi kehidupan kepada siapa saja yang berkunjung ke Likupang.
Marijo Ka Likupang!
Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H