Saat itu, Les Parisiens bersua dengan RC Strasbourg dalam laga lanjutan Ligue 1. Laga dramatis yang ditandai oleh banyaknya gol yang tercipta layaknya hujan gol ini, akhirnya berakhir dengan skor 5-2 untuk keunggulan PSG.
Uniknya lagi, ternyata saat itu tidak hanya squad dari Les Parisiens saja yang menggunakan aksara Tionghoa di nameset pemain pada jersey-nya, tapi juga musuh bebuyutannya Olympique Marseille.
Sepertinya, dua musuh bebuyutan ini bisa akur, sama-sama menjadikan nameset beraksara Tionghoa untuk menyambut Imlek saat itu, karena punya basis penggemar yang cukup besar di China dan kebetulan "usaha" dua klub ini untuk lebih dekat dengan fans-nya di China, sejalan dengan program Ligue 1 yang memang ingin lebih serius menggarap pasar di China.
Bahkan, untuk mendukung kebijakan tersebut pada bulan Februari tahun 2017, French Football Federation (FFF) alias PSSI-nya Perancis dan Ligue de Football Professionell (LFP), dikabarkan telah membuka kantor perwakilan bersama di negeri berpenduduk terbesar di dunia tersebut.
Tidak hanya itu, untuk mendongkrak hak siar Ligue 1 di China, salah satu pertandingan Ligue 1 musim 2018 lalu dimainkan pada waktu jam premier di China atau jam 20.00 waktu Beijing (sewaktu dengan WITA/Waktu Indonesia Tengah di Indonesia), yaitu laga antara OGC Nice vs PSG pada 18 Maret 2018 yang akhirnya dimainkan setelah tengah hari atau jam 13.00 waktu Perancis.
Memberi perhatian khusus untuk China, sepertinya PSG memang paling konsisten jika dibanding dengan raksasa-raksasa di dunia sepakbola lainnya!
Tapi, kalau di timbang-timbang, menuliskan nameset di jersey dengan aksara Tionghoa sebagai upaya ikut serta menyambut datangnya tahun baru Imlek yang sebenarnya juga tidak lepas dari strategi marketing, masih belum seberapa jika dibandingkan dengan aksi mereka mendukung China disaat negeri itu menjadi bulan-bulanan covid 19 di awal kemunculannya! Apa itu?