Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kosakata Banjar | Hintalu

1 Januari 2022   08:08 Diperbarui: 1 Januari 2022   08:10 1891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hintalu merupakan kosakata baku dalam bahasa Banjar untuk menyebut kata "telur" (bahasa Indonesia) atau egg (Inggris). 

Uniknya, di masyarakat Banjar yang juga mempunyai beberapa sub suku, seperti Banjar Pahuluan, Banjar Batang Banyu dan Banjar Kuala, juga menyebabkan munculnya beragam rumpun dialek, hingga menyebabkan banyak kosakata yang secara tulisan sama tapi berbeda dalam menyambatnya atau menyebutnya, termasuk dalam menyebut kata hintalu.

Dalam praktik berkomunikasi masyarakat, kata hintalu  menjadi banyak versi yang kemudian bisa saja digolongkan ke bagian kosakata tidak bakunya. Ada yang menyebut intalu, antalu, hantalu bahkan ada juga yang hanya menyabut dengan talu saja.

Baca Juga :  "Hintalu Tambak", Penguasa Hajat Hidup Urang Banjar yang Semakin Langka 

Saat ini, kosakata hintalu sedang menjadi trending topic di banua Banjar. Apalagi di grup emek-emak, terlebih di lingkungan para pawadaian alias para tukang wadai atau pembuat kue, khususnya kue-kue yang didalamnya mengandung hintalu.

Sudah menjadi rahasia umum kan, wadai Banjar atau kue khas Banjar yang terkenal manis dan legit, sebagian besar mengandung hintalu, bahkan beberapa diantaranya bisa dibilang berbahan hintalu melulu, baik hintalu hayam atau telur ayam, maupun hintalu itik alias telur itik.

Sebabnya bukan hanya karena, hintalu menjadi salah satu komponen sembilan bahan pokok semata, tapi karena harga eceran hintalu ayam di Kota 1000 Sungai yang di akhir tahun 2021 ini melejit melangit hingga menyentuh angka Rp. 30.000/kg. Wadouuuuuw bisa dibayangkan bukan gimana pandiran  eh ... obrolan emak-emak kalau sudah begitu?

Hintalu Karuang yang sama sekali tidak ada telurnya | @kaekaha
Hintalu Karuang yang sama sekali tidak ada telurnya | @kaekaha

Layaknya kata dalam bahasa-bahasa lain yang digunakan di dunia, kosakata hintalu  juga banyak ditemukan dalam bentuk frasa baru yang mempunyai arti dan makna berbeda dengan makna asalnya (leksikal).  

Salah satunya yang paling banyak dikenal orang adalah hintalu karuang, sejenis olahan bubur khas Banjar benbentuk bulat-bulat sebesar biji keleker alias kelereng terbuat dari beras ketan dengan kuah kinca manis legit.

Baca Juga :  Sarapan Lontong Tampusing Ma Haji, Kuliner "Bahari" Khas Banjarmasin

Memang sih, istilah bubur hintalu karuang yang komponen utamanya bola-bola dari ketan yang relatif mirip dengan telur burung ini, penamaanya juga merujuk pada telur burung karuang, khususnya untuk ukuran besarnya bola-bola ketan yang diidentikkan dengan besarnya telur si burung  cucak-cucakan (Pycnonotidae) yang sangat hobi bernyanyi dan konon dulunya banyak hidup di banua Banjar tersebut.

Tapi ada juga frasa baru yang masih berhubungan dengan telur juga, seperti hintalu jaruk yang artinya telur asin, walaupun kosakata jaruk sendiri dalam arti sebenarnya adalah asinan atau proses mengasinkan dengan ujuan untuk pengawetan makanan. Ada juga hintalu tambak yang maksudnya adalah telur itik yang didapat dari indukan itik yang cara memeliharanya balapasan  atau dilepaskan, bukan yang dikandangkan.

Hintalu dalam Kamus Bahasa Banjar | @kaekaha
Hintalu dalam Kamus Bahasa Banjar | @kaekaha

 Tidak hanya itu, dalam peribahasa Banjar, juga ditemukan beberapa diantaraya yang menggunakan kosakata hintalu sebagai inti dari tematik ungkapannya, salah satunya yang berbunyi "baik mambuang hintalu sabuku daripada rusak sakataraan".

Baca Juga : "Bebek Hungang" dan Uniknya Stratifikasi Level Kebodohan pada Bahasa Banjar

Arti umum dari peribahasa diatas adalah lebih baik membuang telur sebutir daripada rusak telur satu sangkar. Untuk maknanya, sepertinya semua bisa memahaminya kan? 

Semoga Bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun