Faktanya, gol bunuh diri Andres Escobar yang saat itu juga tercatat sebagai punggawa klub Atletico Nacional milik Pablo El Patrona Escobar alias Pablo Escobar bos Kartel Narkoba Medllin, dianggap mengacaukan semua skenario sekaligus mimpi Kolombia untuk menjuarai Piala Dunia 1994 dan yang pasti, ada pihak yang "kalah besar" akibat gol bunuh diri Andres Escobar, hingga merasa perlu menuntut "pertanggungjawaban" kepada salah satu talenta terbaik sepakbola Kolombia pada jamannya yang berjuluk El Caballero del Futbol itu.
Baca Juga : Â Bayang-bayang "Seni Furbizia" dalam Kebangkitan Gli Azzuri di Euro 2020
Drama pembunuhan Andres Escobar menjadi sangat penting, selain menjadi fakta teraktual sekaligus mengerikan yang pernah terungkap ke publik dunia, terkait kemungkinan fakta "gunung es" kekerasan, kriminalitas dan keterlibatan geng dan kartel narkoba pada  dunia sepakbola di Kolombia dan Amerika Latin, juga menjadi bagian dari "sisi ngeri" wajah "surealis" sepakbola Kolombia dan Amerika Latin pada umumnya.
Sisi ngeri wajah surealis sepakbola Amerika Latin memang tidak hanya menampilkan kekerasan dan kejahatan yang berhubungan dengan geng-geng dan kartel narkoba semata, tapi juga praktik korup dari pejabat-pejabat pengelola persepakbolaanya, baik di level klub maupun federasi, hingga membuat para investor merasa apriori untuk menenamkan modalnya di bidang Olahraga, khususnya sepakbola Amerika Latin.
Kisah Eurico Miranda, Presiden klub Vasco da Gama, Brazil yang hanya membutuhkan waktu 2 tahun saja untuk "melenyapkan" dana investasi 34 juta dollar dari Nation Bank pada akhir 80-an, mirip dengan kisah pengusaha Amerika Serikat yang diakhir 90-an pernah menginvestasikan dananya untk klub Corinthians dan Cruzeiro yang juga dari  Brazil.Â
Begitu juga dengan Parmalat, perusahaan susu dan keju terkenal dari Italia yang pernah mengakuisisi Palmeiras. Semua uang mereka raib tak berbekas dihisap oleh pengurus klub dan para pejabat federasi.Â
Baca Juga : Â Menantikan Lahirnya Proses Gol Paling Langka, "Olympic Goal" di Euro 2020
Terhangat, kasus yang menjerat duet mertua-menantu, Joao Havelange mantan presiden FIFA (1974-1998) dari Brazil dan menantunya, Ricardo Texeira presiden CBF, PSSI-nya Brazil (1989-2012) didakwa menerima suap 41 juta dollar terkait hak pemasaran Piala Dunia 2014 di Brazil.
Mungkin anda semua masih ingat, ketika Piala Dunia 2014 tinggal beberapa hari lagi dibuka, bahkan masih banyak venue yang masih belum selesai pembangunnannya!? Tidak tanggung-tanggung, para cartolas atau semacam kroniisme alias KKN ala Brazil inilah penyebabnya, bahkan mereka akhirnya juga didakwa melakukan penggelembungan dana sampai 200 juta dollar untuk  pembangunan Stadion Mane Garrincha, salah satu  venue untuk Piala Dunia 2014.