Tidak heran jika kemudian dalam musik alternatif, muncul sound-sound yang tidak hanya unik dan kreatif semata, tapi terkadang juga aneh dan tidak lazim dalam berbagai komposisi lagu-lagunya.Â
Dari sinilah, secara tak terduga akhirnya kami bisa mengetahui "rahasia dapur" yang bisa dibilang paling rahasia yang menjadi salah satu instrumen influencer sekaligus sumber kreatifitas masing-masing teman personil band kami dan yang paling menarik,.
Bahkan, membuat kami sediki shock adalah ketika kami akhirnya mengetahui kalau gitaris kami yang tampilannya paling ngerock diantara kami, ternyata penggemar berat band-band pop semacam Kahitna dan Kla Project.
Luar biasanya, level sebagai "penggemar berat"-nya juga dilengkapi dengan penguasaannya dalam memainkan melodi lagu-lagu dari dua grup band yang termasuk legend di Indonesia tersebut, plus koleksi lengkap kaset-kaset albumnya yang tersusun rapi diantara barisan kaset band-band rock dan metal dalam dan luar negeri koleksinya.
Jujur, fakta ini awalnya membuat kami (terutama saya!), benar-benar bingung lho! Kok bisa penggemar berat Kahitna dan Kla Project yang ngepop bisa (menjiwai) secara sempurna karakter rocker tulen, dengan tampilan yang super gahar!? Apakah ini salah satu indikator keberhasilan sebuah personal branding?
Baca Juga : Â Album Segitiga, Cara Boomerang Menghargai Karya Musik Legendaris Indonesia
Setelah berproses, dalam perjalanannya barulah kami (lagi-lagi, terutama saya!), bisa memahami bagaimana masing-masing individu diantara kami bisa mendapatkan referensi bermusiknya secara alami.
Sehingga justeru memperkaya perbendaharaan "sound-sound unik" di kepala dan hati masing-masing yang kelak sangat bermanfaat untuk berkreatifitas sekaligus mengembangkan diri, termasuk didalamnya untuk personal branding musik rock alternatif ala kami.
Termasuk saya sendiri, yang akhirnya juga terdeteksi oleh taman-teman, mempunyai kedekatan influencer bermusik dari beragam alat musik tiup yang sejak kecil memang kebetulan diperkenalkan oleh bapak saya.Â