Mendekati fenomena GMT, kami kembali menyiapkan karpet di atas geladak kapal untuk melakukan sholat gerhana secara berjamaah yang dipimpin oleh salah satu ulama Kota Tanjung Pandan, Belitung. Tidak lupa, kami juga mempersiapkan semua "senjata" untuk membidik kemunculan sang mentari pagi alias sunrise istimewa yang hari itu, Insha Allah akan menjadi obyek perhatian manusia di seluruh pelosok bumi.
Sensasi shalat gerhana di atas kapal yang tengah bergerak, jelas berbeda dengan saat shalat Subuh berjamaah pagi tadi, khususnya dalam masalah visual. Shalat Subuh berjamaah dalam keadaan gelap gulita, jelas tidak bisa melihat apa-apa, hanya bisa merasakan riak gelombang dan sesekali ulu hati ikut berdesir ketika arah kemudi kapal berubah, hingga membuat sebagian dari kami mulai mabuk laut.
Mengantisipasi kemungkinan terburuk, setelah perut kami mulai berasa mual, banyak di antara kami yang memilih sholat gerhana dengan cara duduk, bahkan sebagian teman yang dari selesai shalat Subuh sudah teler, sampai saat tiba waktu sholat Gerhana, bahkan saat puncak GMT benar-benar terjadi pada pukul 07.23 WIB, tetap masih ada sebagian yang rebahan di lantai geladak, karena masih merasa pusing dan mual.
Baca Juga : Â Kisah "Baliman" yang Menghilang, Setelah Kojima Datang!
Keajaiban sebagai bukti kuasanya Sang Khaliq, akhirnya benar-benar datang. Sekitar 2 (dua) menit, secara berangsur perlahan-lahan matahari mulai tertutup oleh bulan sehingga untuk sesaat perairan laut Belitung saat itu menjadi gelap gulita layaknya malam hari. Pagi itu, langit Belitung begitu indah, teramat sulit untuk melukiskannya dengan kata-kata!
Tidak heran jika sepanjang proses menuju puncak GMT sampai langit terang benderang seperti sedia kala, semua yang ada di atas geladak kapal KN 4801 Bintang Laut tidak henti-hentinya menggemakan takbir, memuji kuasa dan kebesaran-Nya serta tidak ketinggalan melantunkan untaian istighfar, demi meminta ampunan-Nya.
Langit gelap berhias beberapa bintang yang juga ikut menampakkan diri, tampak begitu kontras dengan korona berwarna putih di sekeliling matahari yang menyembul keluar yang juga dihiasi cahaya jingga di sekelilingnya. Setelah fase puncak, matahari secara perlahan kembali bersinar seperti biasa dan langit kembali cerah.Â
Setelah matahari berangsur bersinar secara normal seperti biasa dan langit benar-benar terang benderang seperti semula, kami saling melihat hasil dokumentasi semua fragmen GMT dari awal sampai akhir milik  semua "Laskar Gerhana Matahari", termasuk awak kapal dan juga para petinggi BAKAMLA, salah satunya jepretan Kolonel Maritim Joni Junaedi di atas!Â