Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menggagas Sound of Borobudur Mementaskan "Campursari Kolosal" Alat Musik dari Seluruh Dunia

11 Mei 2021   13:40 Diperbarui: 11 Mei 2021   14:04 1301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Musik campursari yang bila diinggriskan kurang lebih berarti crossover, merupakan perkawinan antara ensemble gamelan Jawa dengan instrumen musik standart band dari negeri barat yang pertama kali diramu sekaligus dipopulerkan oleh seniman musik tradisional Jawa, Manthous pada medio 90-an.

Meskipun dalam perjalanan dan perkembangannya, campursari juga tidak lepas dari pro dan kontra, diakui atau tidak, secara faktual kelahiran genre musik campursari terbukti telah berhasil merevitalisasi kembali eksistensi musik tradisional Jawa. Mungkin salah satu bukti sahih-nya adalah fenomena lagu-lagu Didi Kempot yang digandrungi oleh masyarakat nusantara, bukan hanya orang Jawa dan juga bukan orang-orang tua berusia lanjut!


Berangkat dari fakta filosofi musik campursari yang lahir begitu eksotis dari rahim yang memadupadankan dua kutub jenis musik berbeda yang sekilas bahkan  tampak sangat berseberangan, sepertinya bukan hal yang mustahil jika ke depannya Sound of Borobudur dengan spirit yang kurang lebih sama, layaknya unity in diversity bisa menampilkan "Mega Campursari Kolosal" yang memadupadankan semua alat musik yang ada di muka bumi (tradisional dan modern), dengan prioritas awal  membunyimusikalkan semua alat musik yang ada di dalam relief Candi Borobudur. Pasti keren!

Kalau sudah begitu, mata dunia pasti akan tertuju ke Indonesia dan tentunya ke Borobudur pusat musik dunia, perpustakaan musik raksasa, pusat atau induk dari ensiklopedi musik dunia.

Kalau hajatan Mega Campursari Kolosal benar-benar bisa terwujud menjadi agenda festival musik tradisional dunia yang sepertinya akan menjadi yang pertama dan sekaligus yang terbesar di dunia yang diselenggarakan secara reguler, terlebih jika dilangsungkan di seputaran Borobudur, pasti akan mendatangkan beragam dampak positif yang signifikan bagi tumbuh kembangnya  industri kreatif, pariwisata, seni dan budaya sekaligus sebagai multipyer effect bagi pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor lainnya. Selaras dengn tujuan dari gagasan dibentuknya gerakan Sound of Borobudur. It's a wonderfull indonesia!

Semoga Bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sugai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun