"Ora Bisa Mulih"
Mak bapak, aku ra biso mulih
Bakdo iki atiku sedih
Mak bapak, aku ora teko
Neng kene, aku ra biso lungo
Mung donga lan pujimu
Sing tak suwun jroning uripku
Mak bapak, uwis ojo nangis
Woconen layang sing tak tulis
Mak bapak, ngapuranen aku
Yen ono salah lan luputku
Neng kene, koyo ngene rasane
Pengen mulih, ning aku kudu kepiye
Suwarane takbir ing wayah wengi
Ngelingke salah dosa iki
Kepingin sungkem, ning kudu kepiye iki
Ngapuranen dosane anakmu iki
Lagu campursari berjudul "Ora Bisa Mulih" dalam video diatas dinyanyikan oleh Arda, anak kecil difabel yang memang "sedang dalam proses" diorbitkan oleh Almarhum Didi Kempot.Â
Cengkok-cengkok nada khas campursarinya yang begitu fasih, apalagi untuk ukuran anak seusia Arda, tidak hanya membuat Didi Kempot kepincut, tapi juga tertantang untuk mengorbitkannya.
Baca Juga : Â "Peci Pakol" Impian, Kopiahnya Para Mujahidin
Mendengar teknik bernyanyi campursari Arda dalam lagu "Ora Bisa Mulih" yang sebelumnya juga sempat dipopulerkan sendiri oleh almarhum Didi Kempot ini, pesan dalam lirik lagu yang ditulis menggunakan bahasa Jawa ngoko atau bahasa Jawa pergaulan sehari-hari  ini terasa jauh lebih kuat, sehingga lebih mengena.
Menariknya, lagu melow  yang diciptakan oleh almarhum berkolaborasi dengan Gus Karim yang konon juga guru ngajinya Presiden Jokowi ini, sangat monumental!Â
Bagaimana tidak, ungkapan kesedihan sekaligus permintaan maaf seorang anak kepada kedua orangtuanya karena tidak bisa pulang untuk sungkem langsung kepada bapak dan ibunya saat lebaran tiba ini, sangat aktual dalam situasi pandemi saat ini yang memaksa kita semua untuk tetap dirumah, tidak mudik.
Baca Juga : Â Kisah "Baliman" yang Menghilang, Setelah Kojima Datang!
Beat-beat nada dalam lagunya yang renyah dan melodius khas Didi Kempot, menjadikan lagu ini mudah untuk dinikmati dan juga mudah diingat, sehingga secara keseluruhan, dengan lirik lagu yang begitu lugas menjadikan lagu ini mudah dinikmati oleh siapapun, meski tidak paham dengan detail liriknya, sehingga sangat menghibur dan kelak sangat layak menjadi "lagu kebangsaan" bagi para perantau yang tidak bisa mudik, termasuk anda juga?Â
Ibu-bapak, saya tidak bisa pulang
Lebaran omi hatiku sedih
Ibu-bapak, saya tidak bisa datang
Disini, saya tidak bisa pergi kemana-mana
Hanya doa dan restumu
yang saya harapkan dalam hidup ini
Ibu-bapak, sudahlah jangan menangis
Bacalah surat yang kutulis
Ibu-bapak, maafkan sayaÂ
Kalau ada salah dan keliruku
Di sini seperti ini rasanya
Ingin pulang, tapi aku harus bagaimana?
Suara takbir ditengah malam
Mengingatkanku pada dosa-dosaku
Kepingin sungkem, tapi aku harus bagaimana?
Maafkan dosa-dosa kami anakmu
Semoga Bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H