Malam harinya, si-fulan yang merasa untung banyak, memilih tidur lebih cepat dari biasanya, karena nanti malam harus bangun lebih cepat dari tetangganya, Abu Dujana, agar dia bisa memanen buah kurma dari pohon yang dijualnya ke Abu Bakar lebih dulu dari siapapun.
Benar saja, ketika hari masih gelap gulita si-fulan sudah siap untuk memanen buah kurma, tapi betapa terkejutnya si-fulan ketika sudah berada di kebun miliknya, karena pohon kurma yang akan dipetik buahnya seperti lenyap ditelan bumi tanpa meninggalkan bekas sama sekali. Anehnya, di ditanah yang seharusnya berdiri pohon kurma itu, sama sekali tidak terlihat pernah tumbuh pohon kurma apalagi berbatang besar seperti yang kemarin siang dijualnya ke Abu Bakar.
Si-fulan semakin bingung, ketika dia melihat ada pohon kurma besar dengan buah lebat dan masak, bahkan sebagian diantaranya berjatuhan di tanah, layaknya pohon kurma yang telah tumbuh puluhan tahun di tanah milik Abu Dujana. Padahal sebelumnya tidak ada satupun pohon kurma tumbuh disitu.
"Bagaimana mungkin pohon kurma milikku bisa menyeberang ke pekarangan Abu Dujana!?"Â Gumam si-fulan sambil mukanya bersungut-sungut, karena gagal total mendapatkan buah kurma yang telah diincarnya.
Semoga Bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H