Dibalik karut marut Afghanistan dan juga kuatnya citra "keras dan kekerasan" yang melekat pada masyarakatnya akibat konflik dan perang yang tidak pernah ada habisnya, menjadikan mata dunia lebih sering melewatkan berbagai sisi eksotis negeri para mujahidin ini.Â
Baca Juga : Â Mengenal Alat Musik Dayak Sape' dan Keledi, Instrumen "Sound of Borobudur" dari Kalimantan
Salah satu sisi unik nan eksotis dari negeri Mujahidin ini adalah fashion untuk penutup kepala atau topi/peci/kopiah  khas Afghanistan yang di negeri asalnya biasa disebut sebagai Pakol atau Pakul, yaitu topi multifungsi yang bagian bawahnya bisa digulung sesuai kebutuhan (bisa sampai menutupi kepala) yang dibuat dari bahan hangat dan kokoh berupa wol alias bulu hewan yang umumnya dari domba atau unta dengan teknik berlapis.
Topi unik dan multifungsi yang sekarang di Indonesia juga populer disebut sebagai topi Taliban ini, karena sering tertangkap kamera jurnalis dipakai oleh para kombatan Taliban ini, awalnya merupakan penutup kepala tradisonal pria Pashtun yang paling populer di masyarakat Afghanistan bagian utara yang berbatasan langsung dengan Pakistan atau tepatnya di sekitar Nuristan dan Chitral.
Baca Juga : Â Bagarakan Sahur dalam Kelindan Semangat Egalitarian "Tidak Ingin Masuk Surga Sendirian"
Peci Pakol ini semakin mendunia setelah dipakai oleh Ahmad Shah Massoud, tokoh penting militer Mujahidin Afghanistan yang digelari Singa Panjshir, aktor intelektual dibalik perlawanan hebat para kombatan Mujahidin terhadap invasi Uni Soviet selama hampir 1 dekade, hingga pasukan beruang merah tersebut akhirnya memilih mundur dari perang super melelahkan di Afghanistan. menariknya, kebiasaan Massoud memakai pakol ini juga diikuti secara masal oleh sebagian besar pasukannya.Â
Disinilah titik balik populernya pakol keseluruh dunia, terutama ke negeri-negeri muslim termasuk Indonesia dan Asia tenggara, baik sebagai tren fashion untuk menutup kepala secara umum, maupun untuk kelengkapan beribadah sholat layaknya kopiah hitam berbahan kain beludru khas masyarakat melayu.
Di daerah asalnya, peci pakol yang juga dikenal sebagai topi Chitrali dengan sisi bagian atas berbentuk bulat layaknya jamur yang lembut ini tampil dengan balutan warna yang soft atau cenderum kalem yang konon katanya diambil dari warna tanah di Afghanistan utara, yaitu coklat, hitam, abu-abu, gading atau merah yang diwarnai menggunakan buah kenari.Â
Baca Juga : Â Kisah "Baliman" yang Menghilang, Setelah Kojima Datang!
Demam kopiah pakol juga melanda Indonesia sejak beberapa tahun silam, melengkapi beragam tren fashion penutup kepala alias kopiah yang sebelumnya  lebih dulu sempat mondar-mandir dikalangan masyarakat muslim Indonesia. Termasuk dilingkungan Urang Banjar di Kalimantan Selatan.
Hanya saja, kopiah pakol yang banyak berada di pasaran Indonesia sebagian besar sudah buatan dalam negeri bukan kopiah pakol asli dari Afghanistan atau Pakistan. Diantara kopiah pakol asli dari daerah asalnya dengan yang desain perajin lokal di Indonesia, meskipun selintas relatif mirip, tapi kalau diperhatian dengan seksama akan terlihat beberapa perbedaan yang cukup sgnifikan di antara keduanya.
Selain bahan buatan lokal dari kain khusus mirip beludru, bukan dari bahan wol baik dari bulu domba atau unta seperti aslinya, desain kopiah pakol buatan perajin Indonesia sebagian besar bagian bawahnya bukan digulung, tapi lebih simpel, yaitu dengan cara dilipat separuh, artinya panjang tutupan kepala kebagian bawah maksimalnya 2 kali tutupan normal.
Baca Juga : Â Cara "Modern" Mendidik Anak Menjadikan Setiap Detik Waktunya Bernilai Ibadah
Biasanya, bagian bawah kopiah pakol ini dibuka seluruhnya kalau cuaca cukup dingin, sehingga bisa menutupi area telinga yang biasanya menjadi titik sensitif di suhu dingin. Tapi, tidak menutup kemungkinan untuk dimanfaatkan juga kerika keadaan sedang panas terik, sehingga bisa melindungi bagian bawah kepala sampai leher belakang dari sengatan matahari.
Lebaran sebentar lagi, kopiah pakol inilah kado lebaran kami sekeluarga tahun ini. Kecuali mamanya anak-anak, makhluk paling cantik dirumah alias satu-satunya perempuan dirumah, 5 cowok ganteng lainnya anggota geng pandawa lima dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas ini akan mendapatkan kopiah pakol dengan warna sesuai selera masing-masing.
Baca Juga : Â Shalat di Masjid Kayu Tertua di Kota Banjarmasin Ini Bikin Adem Lahir-Batin!
Sepertinya, antara kopiah pakol asli dari daerah asalnya di Aghanistan dan Pakistan sana dengan kopiah pakol buatan perajin lokal di Indonesia, dijembatani oleh pilihan warna yang sama-sama mempunyai kecenderungan mengarah ke warna-warna kalem atau yang soft, seperti abu-abu, cokelat, hitam, marun, tosca dan dongker.
Kalau kamu, suka yang warna apa gaess?
Semoga Bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H