Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Alat Musik Dayak Sape' dan Keledi, Instrumen "Sound of Borobudur" dari Kalimantan

5 Mei 2021   13:18 Diperbarui: 5 Mei 2021   13:21 2845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diskripsi Alat Musik Sape' di Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan | @kaekaha
Diskripsi Alat Musik Sape' di Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan | @kaekaha

Umumnya, sape' mempunyai jumlah dawai antara 2 sampai 6 yang umumnya sekarang menggunakan kawat kecil bukan serat dari pohon enau seperti yang dipakai nenek moyang dahulu 

Prinsip kerja sape’ mirip dengan gitar, begitu pula cara memainkannya, teknik petik. Hanya saja untuk kunci notasinya berbeda. Sedangkan jenis sape' sendiri sangat beragam dan pasti berbeda-beda, terutama jika dilihat dari ukuran, ukiran dan juga jumlah dawainya. Semua tergantung dari sub suku Dayak yang memilikinya. Persis dengan namanya yang juga berbeda-beda walaupun secara fonetik masih mempunyai kemiripan yang identik.

Tekni bermain sape' yang harus dipetik, akan mengeluarkan dentingan nada yang begitu syahdu dan mudah menyentuh perasaan. Tidak heran jika kemudian, permainan sape' juga dipakai untuk mengiringi tarian-tarian dalam ritual upacara adat Dayak. Selain itu, juga sangat efektif untuk untuk menyatakan perasaan, baik senang maupun sedih.


Jaman dahulu, konon awalnya lantunan musik yang riang hanya boleh dimainkan pada siang hari, sedangkan lantunan musik yang syahdu dimainkan pada malam hari. Dentingan yang indah dari sape’ juga digunakan untuk .

Pada Dayak Kenyah dan Dayak Kayaan, terdapat sastra lisan turun-temurun bernama 'Tekuak Lawe" yang ringkasnya berbunyi "sape benutah tulaang to’awah" yang makna filosofisnya berarti sape’ mampu meremukkan tulang-tulang hantu yang gentayangan yang maksudnya bahwa dentingan suara sape’ dapat membuat menyentuh perasaan hingga membuat orang yang mendengarnya merinding.

Keledi | Musium Negeri Sri Baduga Bandung
Keledi | Musium Negeri Sri Baduga Bandung

Lebih Dekat dengan Keledi

Keledi merupakan alat musik tiup tradisional yang lazim dimainkan oleh masyarakat Suku Dayak di seluruh penjuru Pulau Kalimantan. Tidak heran alat musik yang terbuat dari kombinasi batang-batang bambu kecil dan labu yang dikeringkan ini mempunyai nama yang sangat banyak sekali alias berbeda-beda antara sub suku Dayak yang memainkannya. 

Masyarakat Dayak di Kabupaten Sintang menyebutnya sebagai Kledik, masyarakat Dayak Iban menyebutnya keluri atau enkulurai, sementara masyarakat Dayak Ot Danum menyebutnya sebagai korondek. Tidak hanya itu, masyarakat Dayak di Kaimantan Timur menyebutnya sebagai Kadire atau Kedire  dan banyak lagi nama-nama lainnya, seperti Kaldei, keruru, Kaduri dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun