Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cara "Modern" Mendidik Anak Menjadikan Setiap Detik Waktunya Bernilai Ibadah

2 Mei 2021   21:39 Diperbarui: 2 Mei 2021   21:49 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membiasakan Membawa Anak Laki-laki  Shalat di Masjid | @kaekaha

Momentum Ramadan yang masih dalam masa pendemi Covid-19 kembali menharuskan kita masih lebih banyak beraktifitas di rumah. Situasi ini jelas menjadi kesempatan emas bagi para orang tua untuk lebih intensif lagi "mendekatkan" anak-anak kepada berbagai aktifitas ibadah, sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Durasi Quality time bersama anak-anak di rumah yang saat ini jauh lebih panjang, bisa dikreasikan dan dikelola menjadi quality time yang efektif bagi mereka untuk terus belajar lebih intens menjadikan setiap detik waktunya bernilai ibadah dihadapan Allah. SWT. Karena sejatinya, semua aktifitas kita memang bisa berpotensi menjadi sarana berbadah kepada Allah SWT.

Baca Juga :  Meluruskan Kekeliruan Massal "Umat Muslim"

Selain ibadah wajib seperti sholat 5 waktu, puasa ramadan, zakat dan naik haji bagi yang mampu, Islam juga mengajarkan beragam ibadah sunnah atau ibadah yang tidak wajib dilakukan, tapi kalau dilakukan akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. 

Meskipun ibadah sunnah bersifat pilihan, boleh dikerjakan dan boleh juga tidak dikerjakan, tapi karena potensi pahala yang besar, ragamnya yang sangat banyak, sekaligus manfaatnya yang diyakini bisa menutupi kurang sempurnanya ibadah wajib yang kita lakukan plus bisa menjadi penebal keimanan kita, jelas sangat baik untuk diperkenalkan sejak dini kepada anak-anak.

ibadah sunnah yang jumlahnya sangat banyak inilah yang sejatinya akan membawa kita bisa menjadikan setiap detik waktu kita bernilai ibadah dihadapan Allah SWT.  

"Kelak beri mereka teladan dan jangan suruh mereka melakukan yang kamu tidak melakukannya!"

Itulah nasehat dari bapak saya, sesaat setelah anak pertama saya lahir dan atas ijin Allah SWT berjenis kelamin laki-laki, yang kelak menjadi amir atau pemimpin bagi keluarganya. Nasehat bapak saya ini menurut saya memang sangat aktual, sehingga saya merasa perlu menulisnya disini. 

Seperti kita pahami bersama, salah satu kemampuan kodrati seorang anak yang paling menonjol adalah kemampuan untuk meniru dan atau menyontoh, sekaligus mengingat dan berusaha menerapkannya sebatas dalam kemampuannya. Fakta inilah sepertinya yang menjadi dasar dari hadirnya nasehat itu.

Maknanya, potensi besar alamiah anak-anak dalam hal meniru, bisa kita manfaatkan semaksimal mungkin juga untuk memperkenalkan mereka dengan beragam aktifitas ibadah tanpa harus mengeksploitasinya secara berlebihan. Caranya? Dengan keteladanan! Dengan contoh!

Baca Juga :  Kojima Solusi Praktis Gaya Hidup Sehat ala Rasulullah

Artinya, jika kita ingin mulai menanamkan semangat menjadikan setiap detik waktu anak-anak kita juga bernilai ibadah, maka kita para orang tua juga harus nyetel  di frekuensi yang sama, menerapkan pola hidup yang ramah pada sunnah-sunnah Rasulullah guna bisa menjadikan setiap detik waktu kita juga bernilai ibadah, sebagai teladan dan contoh terbaik bagi anak-anak, buah hati kita.

Merekalah yang kelak mewarisi amalan ilmu yang bermanfaat, sekaligus amalan anak saleh, dua dari tiga amalan yang tidak akan terputus dengan kita, meskipun kita sendiri sudah dipanggil menghadap-Nya. Inilah salah satu hikmah dari kewajiban kita para orang tua perlu mendidik anak-anak kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.

Membiasakan Membawa Anak Laki-laki  Shalat di Masjid | @kaekaha
Membiasakan Membawa Anak Laki-laki  Shalat di Masjid | @kaekaha

Setelah kita dalam satu keluarga, sama-sama nyetel dalam frekuensi yang sama, langkah selanjutnya adalah action dengan cara yang menyenangkan! Mulai saja dari aktifitas yang paling mudah, seperti melafalkan Basmallah setiap memulai aktifitas apa saja dan mengakhirinya dengan bacaan Alhamdulillah. Termasuk sering-sering menyebut asma Allah ketika bersin, menguap, terkejut atau kaget, melihat seuatu yang indah atau juga menyenangkan dan begitu juga sebaliknya. 

Ini penting! Selain sebagi contoh aplikatif sekaligus pembiasaan mendengar asma Allah sehingga terekam dalam alam bawah sadar anak. Khusus untuk melafalkan Basmallah dan Alhamdulillah, keduanya merupakan dasar dari semua doa sebelum dan sesudah beraktifitas apapun, menerapkannya juga melatih anak-anak untuk cermat, sekaligus konsisten melibatkan Allah SWT dalam setiap aktifitasnya secara proporsional dari awal waktu. 

Baca Juga :  Kisah Penjual Susu, Pewaris Kesalehan Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Agar siklus pembelajaran berjalan secara natural tapi tetap efektif, kuncinya adalah konsistensi! Jadi, untuk hasil efektif semua elemen dalam rumah harus konsisten untuk selalu menjadikan setiap aktifitasnya, berorientasi pada ibadah.

Setelah konsep dasar berikut amalannya mulai berjalan, sambil terus memotivasi anak untuk terus berusaha belajar dengan cara menyenangkan dan juga memantau perkembangannya, proses pembelajaran selanjutnya bisa diselingi dengan pendekatan literasi yang tentunya disesuaikan dengan usia anak. 

Sebagai fasilitator, disini orang tua harus berusaha semaksimal mungkin menghadirkan cinta dan kasih sayang dalam membimbing anak-anak dalam memahami proses yang sedang berlangsung. Sehingga, tujuan menambahkan materi literasi untuk menambah wawasan keagamaan sekaligus menyempurnakan pemahaman anak terhadap amalan dasar yang sudah diajarkan sebelumnya, bisa benar-benar memberi manfaat. 

Baca Juga :  Kisah Hikmah Luqman Al Hakim dan Keledai Tunggangannya

Disini, kalau memang sudah memungkinkan, terlebih kalau anak sudah usia 7 tahun keatas semua aktifitas ibadah wajib, harus lebih dijaga intensitasnya, khususnya ibadah shalat 5 waktu dan puasa. Khusus untuk anak laki-laki, sebisa mungkin mulai intensif diajak sholat 5 waktu ke masjid/mushala. Ini sesuai dengan perintah Rasulullah.

Telah menceritakan kepada kami Mu`ammal bin Hisyam Al-Yasykuri telah menceritakan kepada kami Isma’il dari Sawwar Abu Hamzah berkata Abu Dawud; Dia adalah Sawwar bin Dawud Abu Hamzah Al-Muzani Ash-Shairafi dari Amru bin Syu’aib dari Ayahnya dari Kakeknya dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : "Perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat sedang mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena tinggal sholat sedang mereka berusia 10 tahun dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya."

Diusia ini anak-anak memang belum diwajibkan melaksanakan semua ibadah wajib, tapi dalam perspektif pendidikan, hal ini dimaksudkan sebagai bentuk pembiasaan kepada anak untuk terbiasa tunduk dan patuh kepada semua ajaran Allah SWT. 

Melibatkan Anak dalam Setiap Aktifitas Ibadah | @kaekaha
Melibatkan Anak dalam Setiap Aktifitas Ibadah | @kaekaha

Namanya proses pembelajaran, meskipun bersifat natural dan nonformal orang tua tetap harus melakukan evaluasi, selain untuk mnegetahui progres belajar, juga sebagai pijakan untuk menentukan kebutuhan proes pembelajaran tahap selanjutnya. Di tahapan ini, lebih bagus lagi jika anak juga dilbatkan, perlu juga anak diajak diskusi terkait proses belajar natural yang telah berjalan. 

Baca Juga :  Diary Kisah Ramadan Anak-anak di Kaki Gunung Lawu Tempo Dulu

Darinya, mungkin kita bisa menggali banyak hal untuk kebaikan bersama, seperti perasaannya, ide-ide kreatifnya, bahkan bisa jadi ada hal-hal yang dia tidak suka dan kurang berkenan. Denagn begitu semuanya bisa dicarikan solusi terbaiknya.

Setelah proses evaluasi, tentu akan terlihar progres belajar. Setelah itu, orang tua jangan pelit untuk memberikan reward sebagai penghargaan untuk anak. Agar mereka juga semakin termotivasi untuk terus berusaha menjadi lebih baik. Syukur-syukur bisa menjadi yang terbaik!

Reward disini bisa disesuaikan dengan usia anak dan tidak harus berupa benda apalagi yang berharga mahal. Bisa juga justeru reward dalam bentuk tanggung jawab yang lebih tinggi, misalkan untuk anak yang lebih besar, dengan hafalan paling banyak dan paling baik bacaanya, jadikan imam shalat untuk adik-adiknya.

Baca Juga :  Saatnya Memunculkan Kategori "Article of The Year" di Kompasianival 2021

Bagus lagi sambil dijelaskan, bahwa menjadi imam shalat itu bukan beban, tapi justeru tantangan menyenangkan yang sangat mulia dan yang terpenting pahalanya besar. Ini perlu dijelaskan kepada anak-anak, karena banyak juga anak-anak yang takut untuk mengambil tanggung jawab, karena takut salah, takut tidak bisa, takut tidak bagus dan takut-takut lainnya. Sehingga, kelak anak-anak akan memahami makna berproses step by step secara alami yang menyenangkan.

Semoga Bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun