...Â
Senyumlah Senyumlah
Senyumlah Seperti Rasulullah
Senyumnya Bersinar Dengan Cahaya
Senyumlah Kita Hanya Kerana Allah
Itulah Senyuman Bersedekah
...
Bagi generasi 90-an, tentu sangat familiar dengan penggalan lirik puitis nan menggugah berisi ajakan untuk tersenyum yang pernah dipopulerkan oleh kelompok seni nasyid dari selangor-Malaysia, Raihan dalam sebuah gubahan nasyid berjudul senyum, komposisi nasyid yang kelak mengantarkan Raihan menjadi kelompok nasyid tersukses dalam sejarah nasyid dunia.
Kesuksesan Raihan dengan album-album nasyid-nya inilah yang kelak ikut merubah peta persaingan hiburan musik, khususnya di kawasan Asia Tenggara, terutama di negara-negara dengan penduduk berbasis muslim seperti Indonesia, Malaysia, Brunai Darussalam dan Singapura, terlebih di sepanjang bulan ramadan, dari  akhir 90-an sampai akhir dekade pertama milenium baru.
Baca Juga : Â Meluruskan Kekeliruan Massal "Umat Muslim"
Sepertinya fakta ini juga yang mejadikan dakwah Raihan dengan seni nasyid-nya pada era itu begitu identik dengan bulan ramadan, sehingga mengispirasi generasi muda muslim di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia khususnya yang bergelut di dunia musik untuk ikut menggubah lagu dengan tema-tema ke-Islaman yang kelak kita kenal sebagai lagu-lagu pop reliji, terutama setiap bulan Ramadan tiba.
Â
Komposisi nasyid berjudul senyum yang menonjolkan cengkok-cengkok khas Melayu dari Nazrey Johani, (vokalis utama) ini  masuk dalam album ke-3 yang rilis pada medio 1999 dengan judul sama dengan hits-nya, senyum. Salah satu album masterpiece dari Raihan.Â
Komposisi nasyid yang sangat berkarakter ini sebenarnya relatif sederhana, kekuatannya ada pada pemilihan nada-nada melodik khas melayu yang mudah diingat dan didendangkan, plus kecerdasan penulisan lirik dengan diksi semi puitis dan tema yang bersentuhan langsung dengan kehidupan sehari-hari , yaitu senyum dan tersenyum, ibadah yang paling indah, mudah dan tidak menimbulkan beratnya hutang budi, betul !?
Oya, sekedar info saja, gara-gara nasyid berjudul senyum ini meledak, akhirnya emoticon unik dengan nama sama tapi dalam bahasa Inggris "smile" juga ikut booming lho di Asia Tenggara!Â
Baris demi baris lirik dalam komposisi nasyid berjudul senyum ini memang menggunakan bahasa melayu Malaysia yang khas, tapi kita tetap bisa mencerna dengan baik pesan dakwah yang ada di dalamnya.
Baca Juga : Â Mereka yang Pantang Berpangku Tangan
Bagaimana senyum sebagai sedekah yang paling mudah bisa menjadi tanda sayang, tanda ketabahan, bahkan juga tanda keimanan. Tidak hanya itu, senyuman yang tulus dari hati kodratnya akan jatuh ke hati juga dan bisa menjadi penawar hati yang gundah. Maka tersenyumlah! Bermurah senyumlah  seperti Rasulullah SAW.
Raihan dan Wewangian dari Surga
...Â
Senyumlah Senyumlah
Senyumlah Seperti Rasulullah
Senyumnya Bersinar Dengan Cahaya
Senyumlah Kita Hanya Kerana Allah
Itulah Senyuman Bersedekah
...
Baca Juga : Â Kisah Tragis Sahabat Qotzman yang Akhirnya Terlempar ke Neraka
Lirik diatas juga yang pertama kali membuat saya jatuh cinta dengan seni nasyid dan juga Raihan salah satu pelopornya di Asia Tenggara, bahkan karenanya saya sempat memalingkan muka pada musik-musik gahar yang sejak kecil menjadi influence musikal saya, bahkan sempat juga saya harap menjadi jalan hidup saya kedepannya. Terlebih lagi setelah saya mengetahui arti nama Raihan yang ternyata begitu indah, wewangian dari surga.
Bahkan sejak itu, meskipun saat itu saya masih kuliah dan jomlo, tapi saya sudah bertekad bulad akan memberi nama anak saya apapun jenis kelaminnya, dengan nama Raihan.Â
Kecintaan saya pada model dakwah melalui nasyid ala Raihan, juga mengantarkan saya untuk mengoleksi semua album studio nasyid Raihan, Puji-pujian (1997), Syukur (1998), Senyum (1999), Demi Masa (2001), Gema Alam (2003) Asslamualaikum (2003), Allahu (2004), Ameen (2005), Tawakkal (2006) dan album terakhir The Spirit of Shalawat (2008).
Baca Juga : Â Kojima Solusi Praktis Gaya Hidup Sehat ala Rasulullah
Alhamdulillah, setelah menikah, Allah SWT benar-benar memberi karunia kepada kami anak laki-laki, bukan hanya satu tapi empat, persis munajat saya kepada Allah SWT jauh hari sebelum saya menikah, karena terinspirasi ingin membentuk band keluarga dan akhirnya anak pertama kami benar-benar saya kasih nama Raihan.
Sayang seribu sayang, sejak Raihan ditinggal Nazrey Johani, vokalis utamanya tahun 2006 silam atau setelah rilis album Tawwakal untuk solo karier sekaligus menjadi pendakwah di kampung halamannya di Sabah, Malaysia Timur, nama Raihan semakin tidak terdengar kiprahnya, termasuk di sepanjang Ramadan.
Baca Juga : Â Kisah Ali bin Abi Thalib Menjadikan Shalat sebagai Obat Pembius (Anestesi)
Sempat merilis mini album berjudul Musafir Perjuangan (2010) yang kebetulan juga terlewat dari koleksi saya, Raihan dengan formasi lead vocal baru, berusaha untuk kembali unjuk gigi berdakwah melalui seni nasyid. Sayang, entah karena formasi baru yang kurang diterima, Eksplorasi nada dan tema lagu yang mulai bergeser dari kebiasaan atau mungkin karena tren memang sudah berubah, hingga Raihan dan seni nasyid pada umumnya seperti lenyap ditelan bumi. Kemana mereka?
Semoga Bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H