Lepas kuliah dan memasuki dunia kerja, aktifitas saya di radio memang sempat terhenti karena banyak hal, mulai dari ketentuan kantor yang bersifat larangan untuk mempunyai sidejob, aktifitas kerja yang tidak memungkinkan mempunyai sidejob sampai lokasi kota tempat bekerja yang tidak ada stasiun radio dan lain-lainnya.
Bersyukurnya, sejak awal milenium baru, ketika saya mulai bertugas di Kota 100 Sungai, hanya dalam tiga hari saja, saya akhirnya mendapatkan kembali dunia yang hilang, dunia radio!Â
Baca Juga : Â Tergoda "Wadai Untuk" Mbak Mida
Berawal dari program baru stasiun radio terbesar di Banjarmasin yang kembali melirik tema-tema budaya, kesulitan mendapatkan penyiar radio yang berpengalaman sekaligus fasih siaran dengan bahasa jawa dengan berbagai variasi tingkatannya (ngoko, kromo berikut variasinya), akhirnya saya masuk dan hari itu juga langsung handle beberapa acara budaya yang rata-rata slot siarannya malam hari.
Mulai dari dialog budaya, tema-tema budaya nusantara dan yang paling dinanti-nanti adalah  acara tombo kangen yang menyajikan beraneka kesenian jawa, mulai dari gending-gending, langgam, jula-juli dan pastinya campursari dengan durasi siaran dari jam 9 malam WITA sampai jam 2 dinihari.
Awalnya, semua lancar-lancar saja, baik main job saya sebagai bagian dari tim manajemen human capital & general affair kantor Regional Kalimantan, salah satu perusahaan consumer good ternama dan terbesar di Indonesia maupun side job sebagai penyiar radio. Tapi tuntutan profesionalitas saya di kedua job diatas benar-benar menemui titiknya ketika saya harus sering tugas keluar kota, keluar pulau bahkan keluar negeri yang biasanya tidak sehari-dua hari saja, tapi bisa seminggu bahkan berbulan-bulan.
Ketika harus dinas luar, praktis semua acara radio yang saya pegang semuanya terbengkalai! Selain tidak ada yang bisa menggantikannya, terutama pas siaran yang mengaharuskan berbahasa Jawa! Memang banyak, orang Jawa di Kota 1000 Sungai yang tetap bisa berbahasa Jawa, tapi masalahnya belum tentu mau dan atau bisa siaran di radio. Nah itu repotnya!
Baca Juga : Â Belajar Diversifikasi Pangan Murah, Sehat, dan Berkelanjutan dari Si Gundul
Jujur, situasi seperti ini sangat-sangat dilematis. Secara logika jelas tidak mungkin saya mengalahkan main job saya demi menemani ribuan fans berat saya yang begitu militan. Diantara ribuan fans militan itu, 10 % saja diantaranya nelpon saya yang berada nun jauh diseberang lautan hanya menanyakan nanti malam siaran mas?  Lama-kelamaan situasinya pasti layaknya sebuah teror megerikan bagi saya. Betul?