Jujur aku katakan, kami penghuni tepian hutan, memang lebih mewaspadai kehadiran beberapa jenis binatang buas yang kadang-kadang nyelonong masuk kebun bahkan kampung tempat tinggal kami, daripada jenis hantu-hantuan dan teman-temannya.
Karena binatang buas seperti harimau dahan, beruang madu, babi hutan,ular phyton dan lain-lainnya sering juga menyerang manusia jika merasa terancam. Jelas beda dengan hantu-hantuan yang hanya suka menggoda ... betulkan?
Baca Juga :  Ustad Abdul Meninggal Bukan Karena Doaku!            Â
Meskipun suasana kebun saat itu masih relatif gelap, keremangan pagi itu tetap saja tidak mengganggu penglihatanku, selain karena kebersihan kebun kami selalu terawat sehingga tidak ada semak atau gulma pengganggu yang bisa menjadi tempat persembunyian binatang-binatang buas dan liar yang berbahaya, juga karena sejak kecil aku sudah terlatih hidup di alam. Maklum ya, inilah anak Kalimantan!
Cahaya mentari sudah lebih terang ketika aku sudah sampai di lokasi petak kebun yang pokoknya akan dipantat, hanya saja karena lokasinya masih ditepian kebun yang artinya juga tidak terlalu jauh dari tepian hutan.
Maka aku tetap wajib waspada pada gerakan dan bunyi-bunyian selembut apapun yang muncul di sekitarku, terutama jika aku harus membelakangi kawasan hutan perawan di tepian kebun yang berjarak hanya sepelemparan batu saja.
Namamya juga hutan Kalimantan, salah satu vegetasi hutan hujan tropis yang sampai detik ini diyakini masih menyimpan beragam misteri tak terungkap, termasuk kemungkinan jenis-jenis binatang buas dan raksasa penghuninya yang sepertinya masih saja menjadi bagian paling misterius.
Setelah berhasil memantat sekitar seperempat petak, aku memutuskan untuk istirahat sejenak dengan duduk bersandar pada pohon karet. Untuk berjaga jaga, aku lebih memilih untuk menghadap ke arah hutan.
Setelah menuang kopi hitam kental kedalam cangkir, aku langsung menyalakan sebatang rokok untuk memaksimalkan kenyamanan istirahatku dan tidak berselang lama.
Karena tadi malam sempat begadang sampai lepas tengah malam, menjaga abah yang demamnya semakin babangat, ditambah dengan rayuan angin sepoi-sepoi dari hutan dan juga nikmatnya hisapan rokok kretek, perlahan-lahan membuat mataku berangsur terkantuk-kantuk, hingga akhirnya bener-bener  ... grooook ... grooook ... groooook. Aku tertidur dan biasanya mangaruh!
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!