"Cabe kok disayur!"
Begitulah kira-kira komentar dari sebagian besar teman dan keluarga besar istri saya di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas ketika saya perkenalkan dengan salah satu jenis kuliner ndeso yang tergolong legendaris dari kampung halaman ibu saya di bagian timur laut kaki Gunung Lawu, Jangan Lombok.
Itu baru mendengar ilustrasi plus melihat wujud dari penampakan jangan lomboknya saja, belum merasakan "sedapnya" yang akan memberikan beragam sensasi dan tentunya juga manfaat. Ada yang sudah pernah mencobanya?
Baca Juga :Â Serunya Menjadi "Pembeli Pertama" di Warung Kaum, Rajanya Katupat Kandangan
Penamaan Jangan Lombok, berasal dari kosakata bahasa Jawa. Jangan artinya olahan sayur yang merujuk pada sayuran berkuah, sedang lombok artinya cabai. Jadi secara harfiah, kuliner yang lebih dikenal dari Wonogiri, walaupun sepertinya juga ada di sebagian daerah Jawa Timur bagian barat dan Sebagian Jawa Tengah dan Jogja ini bisa diartikan sebagai sayur cabai.
Meskipun tidak melulu berisi cabe alias lombok saja, tapi jangan lombok juga bisa diisi oleh beragam jenis sayuran dan bahan lain layaknya sayur lodeh yang berkuah santan dan memang sangat fleksibel bisa menerima isian apa saja, jangan lombok memang menjadikan cabai sebagai elemen utamanya.
Selain cabai alias lombok, jangan lodeh di kampung ibu saya biasa diisi dengan tempe, tahu, kentang, wortel, bisa juga terong ungu/hijau dan petai yang umumnya dipotong kecil-kecil sesuai selera. Seiring perjalanan waktu, sekarang jangan lombok juga mulai ber-evolusi, bervariasi dalam penyajiaannya.Â
Banyak pula yang mulai berinovasi dengan menambahkan potongan daging ayam, sapi juga udang. Jadi tidak hanya pedasnya saja yang "galak", tapi kelengkapannya juga memberi banyak manfaat nutrisi dan yang pasti cita rasa sedapnya akan menggugah selera makan!
Baca Juga :Â Selada Banjar, "Kuliner Anomalis" Beraroma Eropa Bercita Rasa Banua
Jika di Wonogiri lebih dikenal dengan jangan lombok ijo, karena elemen cabai ijo yang begitu banyak dan paling dominan, maka jangan lombok dari kampung ibu saya sedikit berbeda, karena tidak hanya menggunakan rajangan cabai hijau besar saja untuk melengkapi masakan, tapi juga cabai merah besar dan juga cabai rawit super pedas dengan kuantitas yang tentunya bisa disesuaikan dengan kemampuan dan selera.