Sudah menjadi azzam Usman untuk mengembalikan semua uang tersebut kepada pemiliknya, meskipun godaan setan, godaan perut yang semakin lapar dan juga godaan keluarganya yang justeru merasa pantas memanfaatkan uang tersebut barang selembar untuk berbuka puasa hari ini, karena mereka memang tidak mempunyai persediaan makanan sama sekali. Â
Dari nomor telepon yang terdapat dalam selebaran, Usman berusaha menghubungi nomor HP yang tercantum dalam selebaran tersebut dan setelah memastikan bahwa pemilik nomor itu memang pemilik uang itu, karena merasa perlu juga Usman iseng-iseng bertanya, "kira-kira berapa bapak akan memberi imbalan penemunya pak?"
"Demi Allah, saya akan mendoakannnya semoga semua hajatnya dikabulkan Allah SWT dan hidupnya mendapatkan keberkahan dunia akhirat"Â Jawab si Bapak diseberang sana.
Setelah beberapa kali Usman mencoba meyakinkan si pemilik uang diseberang sana agar memberikan sebagian uangnya, mulai dari separuhnya sampai terakhir "barang selembar saja", tapi uniknya, pendirian si pemilik uang disana tetap bergeming, tetap tidak mau menghargai jasa penemunya.
Mendengar percakapan Usman dan si-pemilik uang yang berakhir nihil, semua keluarga Usman langsung meneteskan mata, sedih! "Kok ada manusia yang hatinya sekeras itu! Apa ruginya memberikan selembar ratusan ribu sebagai bentuk terima kasih kepada penemunya!", sambil terisak Rahma mencoba mengekspresikan segala uneg-unegnya.
"Sudahlah, semuanya harus sabar! Kalau memang ada jatah rezeki  untuk kita dari uang itu dan Allah mengijinkan apalagi meridhainya, pastilah uang itu akan kembali ke kita", Usman berusaha menghibur orang-orang yang paling dia sayangi dan saat ini tengah menunggu dengan harap-harap cemas di sekelilingnya.Â
"Baiklah pak, silakan bapak datang kerumah saya. Silakan ambil saja uang bapak, Insha Allah sampai detik ini barangnya aman dan pastinya masih utuh dan tidak kurang barang selembar", Usman benar-benar memilih untuk mengembalikan uang itu bulat-bulat kepada pemiliknya. Â Â
Tidak perlu lama menunggu kedatangan pemilik uang, karena tidak sampai setengah jam, si-bapak pemilik uang yang mengaku bernama Haji Rahman itu sudah ada dirumah kami.Â
Tanpa basa-basi Haji Rahman langsung menghitung bendelan uang tersebut dan luar biasanya, sidin (beliau;bhs banjar) kembali mengucapkan apa yang diucapkannya saat ditelepon, "Demi Allah, mohon maaf, saya tidak bisa memberi apa-apa dan hanya bisa berdoa, semoga semua hajat penghuni rumah ini semuanya dikabulkan Allah SWT dan hidupnya mendapatkan keberkahan dunia akhirat" dan langsung pamit pulang setelahnya.
"Innalillahi wainna Ilaihi Rajiun! Masha Allah, sabar ya mak, nek dan juga adik-adik abang semuanya ..." Meskipun sudah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi, dalam hati kecil Usman juga terbersit rasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Masih ada orang setega itu ya?" Gumam Usman dalam hati sambil menutup pintu rumahnya yang reyot dan hampir lepas dari engselnya.Â
Belum terlalu jauh Usman meninggalkan pintu rumahnya, tiba-tiba ada suara pintu diketuk dari luar dan ketika dibuka, ternyata Haji Rahman kembali dan meminta waktu untuk berbicara lagi.Â