Matahari masih tampak malu-malu memperlihatkan diri diantara gugusan mendung hitam yang pagi ini masih saja "menguasai" langit Kalimantan Selatan, ketika kendaraan yang saya naiki bersama anak=anak dan isteri saya mulai memasuki halaman berbatu koral, Warung Kaum di kawasan Kecamatan Gambut, salah satu cabang terbaru dari beberapa cabang Warung Kaum yang ada di seputar Kota Banjarmasin yang dikenal luas sebagai salah satu destinasi wisata kuliner penyaji Katupat atau Ketupat Kandangan terbaik.
Jika anda pernah membaca artikel saya yang berjudul Icip-icip Katupat Kandangan di Warung Kaum, Banjarmasin, yang saya bahas saat itu merupakan Warung Kaum induk atau pusatnya yang terletak di ruas jalan Bumi Mas Raya, Komplek Sasana Santi atau di sekitar jalan Ahmad Yani km 4,5 masuk kedalam sedikit.
Baca Juga :  Sarapan "Katupat Batumis" di Batang Banyu, Menikmati Peradaban Sungai khas Urang Banjar            Â
Jika pada artikel Icip-icip Katupat Kandangan di Warung Kaum, Banjarmasin tematik bahasan lebih memperkenalkan kuliner Katupat Kandangan sebagai bagian dari kuliner tradisonal Kalimantan Selatan yang tidak hanya sekedar unik, karena dimakan langsung dengan tangan meskipun berkuah, tapi juga citarasanya memang sedap luar biasa, termasuk juga diskripsi detail dari destinasi Warung Kaum-nya yang sederhana tapi tidak pernah sepi dari pengunjung, maka kali ini tematik kita akan lebih banyak mengurai keseruan menjadi pembeli sekaligus penikmat sajian kuliner Katupat Kandangan yang pertama di Warung Gambut yang ternyata memberi banyak wawasan dan pengetahuan baru.
Saat kendaraan kami merapat di halaman yang tidak seberapa luas, tepat di depan bangunan warung yang terlihat sederhana tersebut tiba-tiba kami didatangi oleh bapak-bapak setengah baya yang ternyata penjaga dari warung tersebut. Sidin (Beliau ; bhs banjar) memberi tahu kalau warung belum buka, mungkin sekitar lima belas menit lagi baru siap, ujar sidin lagi.
Baca Juga : Â Citarasa Istimewa di Balik Tampilan Sederhana Nasi Itik Gambut
Mendengar informasi sidin tadi, saya langsung melihat penunjuk waktu di dasbor yang menunjukkan angka 06.45 WITA atau jam tujuh kurang seperempat, karena kami memang sudah berniat dari rumah untuk icip-icip Katupat Kandangan di Warung Kaum yang relatif baru saja buka di Jalan A. Yani KM. 13 ini, kami memutuskan untuk menunggu saja, selain relatif tidak terlalu lama, warung yang sudah terbuka lebar juga bisa dipakai untuk menikmati menu pembuka, teh hangat manis yang disajikan oleh si bapak penjaga warung.
Benar saja, sekitar dua puluh menit kami menunggu sambil menyeruput sajian teh manis hangat, "rombongan" pembawa ubarampe sajian Katupat Kandangan datang full team membawa beberapa panci besar yang berisi kuah dan rebusan katupat yang biasanya menggunakan urung atau cangkang pembungkus  dari daun nipah yang mempunyai ruas daun lebih lebar, tebal dan kuat jika dibanding dengan daun kelapa yang biasa disebut dengan janur.
Begitu tiba, panci besar berisi kuah santan pekat dengan campuran kaldu ikan haruan itu langsung diandak atau ditaruh di atas kompor yang menyala dengan api kecil untuk menjaga stabilitas kehangatan dari kuah. Sedangkan untuk katupatnya, langsung dikeluarkan dari panci dan ditempatkan ke dalam beberapa keranjang terbuka.
Baca Juga  :  Sarapan Lontong Tampusing Ma Haji, Kuliner "Bahari" Khas Banjarmasin
Ukuran katupat untuk sajian Katupat Kandangan ini ukuran per-bijinya juga jauh lebih besar daripada jenis-jens ketupat pada umumnya. Hal ini tentu tidak terlepas dari bahan urung atau cangkang pembungkusnya, daun nipah yang sangat memungkinkan untuk membuat katupat dengan ukuran lebih besar, sehingga selain terlihat unik, juga ikut menghemat bahan baku pembungkus.
Beruntungnya, saat itu saya diijinkan untuk melihat sekaligus merekam secara langsung detik demi detik aktifitas pemilik warung membuka warung Katupat Kandangan ala Warung Kaum.Â
Setelah panci kuah diletakkan di atas kompor, tutup panci langsung dibuka. Seketika, harum dari racikan bumbu rempah nusantara dalam kuah kental itu langsung menguar menggoda siapa saja yang pagi itu sempat menciumnya.
Baca Juga : Â Eloknya Bauran Beragam Jenis Wadai di Lapak Mbak Mida
Dalam kuah yang volumenya dalam panci tidak sampai penuh itu terlihat ada banyak ujung lidi daun nipah yang menyisakan ujung lidi yang kecil dan lentur melengkung  dengan pangkal dan sebagian besar batang teremdam dalam panci. Batang-batang lidi itu merupakan batang yang diguanakan untuk merangkai potongan-potongan bagian dari ikan haruan atau ikan gabus  dari ujung kepala sanpai ekor.
Selain itu, dalam panci itu juga direbus sate paparutan, yaitu onderdil dalam alias jeroan ikan haruan yang ditusuk dan disusun layaknya sate dengan lidi nipah dan direbus dalam kuah balamak atau bersantan kental tersebut sampai matang.
Maksud perendaman sekaligus perebusan paparutan dan potongan bagian ikan haruan yang merupakan elemen utama kuliner asli dari Kota Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) ini adalah untuk mematangkan daging ikan haruan sekaligus untuk mendapatkan kaldu ikan haruan yang juga berfungsi sebagai penyedap rasa alami.
Setelah semua peralatan dan perlengkapan sudah berada di tempat masing-masing, ibu muda cantik yang sudah siap dengan celemek di dada langsung menanyai kami mau toping lauk apa?
Baca Juga :  "Hintalu Tambak", Penguasa Hajat Hidup Urang Banjar yang Semakin Langka            Â
Seperti biasanya, saya selalu memilih kepala ikan haruan sama seperti isteri saya, sedangkan anak-anak saya memilih lauk bagian badan ikan haruan yang lebih empuk dan banyak dagingnya plus masing-masing minta tambah sebutir telur asin sebagai penambah citarasa asin, karena citarasa dasar Katupat Kandangan adalah gurih dan sedikit manis, makanya bagi penyuka citarasa asin biasanya akan menambahnya dengan telur asin yang juga produk asli rawa-rawa Kalimantan Selatan. Â
Â
Setelah siap, langsung saja disantap ya! Eiiiiits, tapi jangan lupa berdoa dulu ya, biar berkah dunia akhirat rezeki makanan yang kita asup.
Semoga bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H