Jika Nelson Mandela begitu mencintai batik Indonesia sampai akhir hayatnya, bagaimana dengan Indonesia beserta masyarakatnya memposisikan Nelson Mandela?
Jangan kahwatir gaes! Ternyata banyak juga masyarakat nusantara yang mengagumi tokoh perjuangan anti apartheid tersebut. Uniknya, diantara mereka tidak sekedar mengagumi sebatas ada rasa kagum semata, tapi ada juga yang sampai mengabadikan nama Nelson Mandela, khususnya nama belakangnya yang ikonik, "Mandela" kepada nama anak-anaknya.
Fakta penyematan nama mandela untuk anak-anak nusantara ini jelas bukan bermaksud menyambung "klan-genetis" dengan sosok Mandela sang Pahlawan Afrika Selatan, tapi sebatas menyambung "klan-emosional", bentuk kekaguman pada ketangguhan mental pejuang sang pahlawan, dengan pribadi-pribadi "mandela" muda dari Indonesia, yang diharapkan juga mewarisi ketangguhan mental pejuang sang pahlawan.
Makanya tidak heran jika kemudian, seorang Nkosi Zwelivelile Mandla Mandela atau lebih dikenal sebagai Sosok Mandla Mandela cucu Nelson Mandela, pewaris tahta klan Aba Thembu sekaligus ketua Dewan Adat Mvezo atau pemimpin klan keluarga bangsawan Mandela yang sempat viral setelah memutuskan memeluk Islam pada 2016 silam, juga tidak akan mengenali saudara-saudaranya dari Indonesia tersebut.Â
Siapa saja mereka?
Perjalanan "berbahaya" saya menjelajah Kota Buludru atau ada juga yang menyebutnya sebagai Kota Tahu, Sumedang, Jawa Barat di akhir tahun 2020 dalam rangka proyek literasi Writingthon Jelajah Sumedang 2020", secara tidak sengaja mempertemukan saya dengan salah satu dari dua sosok "klan" Mandela yang ada di Indonesia (tentunya yang saya kenal), yaitu Windu Mandela.Â
Windu Mandela atau akrab disapa Kang Windu yang asli Sunda ini, merupakan sosok "klan" Mandela kedua yang saya temukan di Indonesia, setelah sebelumnya saya juga menemukan sosok "klan" Mandela lain dari Kota Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Puja Mandela.
Bagi saya, benar-benar surprise bisa bertemu dan mengenal dua pria yang entah kebetulan atau memang telah ditakdirkan Tuhan menjadi "bersaudara" meskipun tidak sedarah, sejak sama-sama ditasmiah menyandang nama "Mandela" di suku kata kedua nama mereka masing-masing.Â
Uniknya, meskipun bukan kembar, apalagi kembar identik! Kang Windu Mandela yang asli Sunda tulen, sedang Masbro Puja Mandela blesteran Jawa-Banjar atau tepatnya blesteran Pekalongan-Barabai, tapi keduanya mempunyai banyak kesamaan lho! Ini buktinya ...
Selain sama-sama laki-lakinya, kedua sosok bapak-bapak muda ini sama-sama  muslim yang taat, bahkan kalau pas tiba untuk shalat fardhu, pasti deh keduanya paling duluan berinisiatif menuju masjid atau mushalla. Dasar keren si pakmud!