Banjir besar yang merendam Kalimantan Selatan di awal 2021 ini, ternyata tidak hanya meninggalkan duka mendalam bagi semua masyarakat banua yang terdampak, tapi juga meyisakan banyak fenomena unik yang sebelumnya mungkin tidak terpikirkan atau terbayangkan sebelumnya.Â
Salah satunya adalah penampakan dari turun gunungnya beragam model sepeda motor trail di berbagai kawasan terdampak bencana banjir yang banyak menyita perhatian. Peran vitalnya dalam proses evakuasi dan penyelamatan di berbagai lokasi bencana yang tidak bisa diakses oleh jenis kendaraan lain menjadi "pesona" paling nyata dari jenis kendaraan roda dua yang identik dengan tampilan maskulin alias jantan ini.
Baca Juga : Â Bahan Pangan Langka, Ini Serunya Berburu Sayur-sayuran di Tengah Kepungan Banjir
Memang, selain kesan macho yang di tebarkan oleh postur body-nya yang umumnya memang kekar dan tinggi besar tapi tetap ramping, sepeda motor trail memang dirancang untuk medan-medan berat, sehingga dibekali dengan komponen-komponen handal, seperti  mesin yang powerfull dengan durabilitas dan akselerasi yang tinggi, juga suspensi depan dan belakang  yang dikenal cukup tangguh untuk melahap medan-medan ekstrim dan berat di lokasi bencana.
Melihat kembali lalu-lalang beragam sepeda motor trail dengan tampilan khasnya berupa roda-roda bergigi yang begitu mencolok di lingkungan komplek yang terendam banjir rata-rata setinggi lintuhut (lutut;bhs banjar), serasa deja vu dengan masa kecil di era tahun 80-an, saat sepeda motor trail menjadi primadona remaja-ramaja saat itu, sehingga juga biasa terlihat lalu lalang di jalanan.Â
Terlebih lagi, setelah beberapa film nasional saat itu juga menjadikan motor trail sebagai tunggangan wajib dari jagoan-jagoannya, seperti Roy Marteen, Barry Prima, Rano Karno dan juga termasuk Junaedi Salat yang baru saja meninggal dunia, pemeran Ali Topan  dalam film Ali Topan Anak Jalanan yang rilis tahun 70-an yang juga ikut mempopulerkan sepeda motor trail.
Baca Juga : Â Mewaspadai Ular Berkeliaran dan Memburu Ikan-ikan Tersesat Saat Banjir
Duh...! Jadi terkenang dengan "dunia kecil" saat itu yang sering berkhayal bisa menunggangi motor trail, mengingat romansanya yang begitu melegenda seperti bintang-bintang film saat itu yang begitu asyik mengekspresikan jiwa mudanya yang identik dengan kebebasan, sudah begitu banyak digandrungi oleh kaum hawa, cantik-cantik lagi! Â
Di kalangan penghobi otomotif, khususnya motor trail untuk medan ekstrim, dikenal ada beberapa jenis sepeda motor trail yang masing-masing mempunyai spesifikasi dan tentunya kebermanfaatan yang berbeda-beda.
Baca Juga : Â Banjir Kalsel Terbesar Sejak 50 Tahun Terakhir, Mustahil Penyebabnya "Hanya" Curah Hujan!
Memang di lapangan ada beragam pola pengkategorian jenis motor trail, walaupun secara umum masing-masing tetap menunjukkan keidentikan, sebut saja, ada jenis Motocross, Enduro, trail sendiri dan supermoto yang perbedaan utamanya menurut Rudy Poa, pegiat enduro senior ada di roda belakang, suspensi dan  karakter mesinnya.
Ada juga yang menambahkan keberadaan lampu dan tipe ban sebegai pembeda, khususnya  pada jenis supermoto yang secara keseluruhan, baik bodi fisik maupun spesifikasi mesinnya memang sangat identik dengan motor trail pada umumnya, tapi menggunakan jenis ban yang identik untuk medan beraspal yang tampilannya rata dan mulus, bukan ban rimba yang umum dipakai motor trail.  Â
Untuk jenis motocross, ciri utamanya adalah tidak adanya kelengkapan utama kendaraan layaknya sepeda motor standart yang kita pakai di jalanan, seperti lampu depan, lampu rem, sein kiri-kanan, juga spion dan plat nomor hal ini karena sepeda motor trail jenis ini memang di desain hanya untuk medan sirkuit.
Sedikit berbeda, untuk jenis trail dan enduro yang sama-sama bukan untuk trek jalan raya umum, tapi untuk medan offroad non sirkuit, aslinya juga sama seperti motocross yang tidak dilengkapi dengan beberapa part layaknya sepeda motor yang dipakai di jalan raya seperti tersebut diatas, tapi ada beberapa pabrikan yang memasang lampu depan maupun belakang, agar tetap bisa survive jika harus bermalam di lokasi tanpa cahaya maksimal seperti di hutan dan lokasi bencana.
Baca Juga : Â Alhamdulillah, Pagi Ini Banjir di Kalsel Mulai Surut Sekitar 10 cm
Tapi, karena pengguna dan penghobi beragam jenis motor trail ini terus berkembang dengan latar belakang perngguna dan penggunaan yang berbeda-beda, menjadikan sepeda motor trail tidak lagi eksklusif hanya untuk kebutuhan melahap medan-medan ekstrem saja, tapi juga mulai sering terlihat dijalanan sebagai tunggangan sehari-hari.Â
Situasi ini menjadikan produsen sepeda motor trail harus melakukan beberapa penyesuaian dan perubahan desain motornya walaupun dalam skala minor untuk mengakomodir kebutuhan konsumen akan standar keamanan kendaraan bermotor di jalan raya, seperti menambahkan komponen lampu depan dan belakang, lampu sein kanan-kiri, bel, spion juga tempat plat nomor. Â
Baca Juga : Â Mereduksi "Kebiasaan Anthropogenic", Pemicu Bencana Banjir di Sekitar Kita
Dengan kelengkapan komponen layaknya sepeda motor yang kita tunggangi sehari-hari untuk beraktifitas, menjadikan motor trail lebih inklusif dan familiar lagi di masyarakat. Meskipun tetap saja belum bisa menjadi trendsetter dunia transportasi roda dua, setidaknya evolusi sepeda motor trail menjadikannya semakin sering terlihat dijalanan raya.Â
Selain itu, penggemar dan juga komunitasnya juga semakin banyak dan akan terus berkembang dari waktu ke waktu. Termasuk anda juga?
Sejarah motor trail di Indonesia dimulai pada era 70-an, dengan hadirnya Suzuki TS100 tahun 1973, dilanjut dengan Yamaha DT 100 tahun 1976, Â Kawasaki KE125 pada 1981 dan Honda XL 125 satu-satunya motor trail dieranya yang menggunakan mesin 4 tak khas Honda.
Uniknya lagi,  Honda XL 125 ini juga tergolong langka tidak hanya bagi kolektornya saat ini saja, tapi sejak masuk Indonesia tahun 1977 memang sudah unlimited, selain tidak dijual secara umum motor trail  XL 125 yang masuk ke Indonesia setelah diimpor oleh Ditjen Pertanian Tanaman Pangan ini populasinya di Indonesia hanya 736 unit.
Baca Juga  :  "Kalimantan Selatan Juga Bagian dari Indonesia", Sisi Lain Banjir Besar Kalimantan Selatan di Awal 2021            Â
Tertarik untuk mengoleksinya juga?
Semoga Bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H