Beruntung, didekat pasar mini mahligai ini ada pedagang sayur terapung, yaitu pedagang sayur yang berjualan diatas sungai, unik dan sedikit melegakan! Pembeli mengerumuni penjual dari atas jembatan saja, tidak bisa kontak langsung dengan penjualnya yang berada diatas sungai. Selain itu, sepertinya stok sayuran dan juga beragam lauk ikan-ikanannya juga masih cukup banyak dan terlihat masih segar. Â Â
Baca Juga : Â "Kalimantan Selatan Juga Bagian dari Indonesia", Sisi Lain Banjir Besar Kalimantan Selatan di Awal 2021
Weleeh-weleeeh, ternyata saya salah sangka! Ternyata saya sudah telat alias kesiangan. Semua sayuran dan beragam jenis ikan-ikanan di pedagang terapung ini sudah ada yang punya, sedangkan pembeli yang berkerumun itu ternyata menunggu ikan yang sedang disiangi atau yang sedang dibersihkan sama suami si-ibu penjual sayur terapung.
Perburuan dilanjutkan menuju ke Pasar Subuh A. Yani yang lokasinya agak jauh sedikit, sekitar 1 pal atau satu kilometer dari lokasi pasar mini mahligai ini. Ternyata kami tidak sendiri, dengan beberapa rombongan pemburu sayuran lainnya, kami berangkat menuju pasar yang lokasinya tepat dipinggir jalan Ahmad Yani, km. 7,8 sebelah kiri menuju Kota Banjarmasin.
Â
Perjalanan menuju pasar Subuh di Jalan A.Yani terasa lebih berat daripada perjalanan menuju pasar mini mahligai tadi, karena selain lokasinya lebih jauh, tinggi air rata-rata disini juga lebih tinggi ditambah dengan batu-batu tajam sebesar genggaman orang dewasa yang terasa seperti berserakan begitu saja dijalanan ikut menyakitkan dan menyulitkan perjalanan. Â
Baca Juga  :  Mereduksi "Kebiasaan Anthropogenic", Pemicu Bencana Banjir di Sekitar Kita
Tapi melewati jalan ini, kami bisa berinteraksi bertegur sapa dengan masyarakat yang lainnya, termasuk bertemu dengan beberapa pemburu ikan-ikan yang banyak berkeliaran di jalanan. Mereka ada yang hanya berbekal jaring kecil, tapi ada juga yang memang sengaja membekali diri dengan tombak pemburu ikan yang mempunyai tiga mata tajam.
Walaupun diantara mereka tidak satupun yang terlihat membawa ikan buruan, tapi mereka mengaku sudah beberapa kali mendapatkan ikan patin, lele dan juga nila yang biasanya memang langsung dibeli sama orang yang lewat, jadi tidak sempat dibawa pulang. Mungkin ini efek dari kosong dan langkanya bahan pangan, termasuk ikan-ikan segar yang termasuk pangan pokok Urang Banjar.Â
Perjalanan terus berlanjut! Sayangnya setali tiga uang dengan pasar mini mahligai yang sudah kosong ketika kami datang. Pasar Subuh A.Yani juga menyisakan sedikit saja bahan pangan, terutama sayuran, tempe dan tahu yang memang sengaja kami buru. Akhirnya kami pulang hanya membawa seikat kecil kangkung segar seharga 6000-an, seikat kenikir segar seharga 3000-an, sepotong tempe gelondongan kira-kira sepanjang korek gas seharga 5000-an dan sambal pecel yang sepertinya memang tidak terlalu banyak penggemarnya, jadi terlihat masih agak banyak seharga 5000-an/bungkus. Â