Urbanisasi yang tidak terkendali jelas menyebabkan ruang huni di perkotaan terus bertambah, sehingga terjadi betonisasi masal untuk pemukiman yang berakibat semakin minimnya ruang serapan air, hingga beban sungai untuk membawa air ke laut menjadi bertambah.Â
Begitu juga efek samping dari deforestasi, dan aktivitas pertanian-perkebunan skala besar yang berdampak pada semakin menurunnya kesuburan tanah, sehingga menyebabkan semakin minimnya tegakan pokok yang bisa tumbuh subur sekaligus sebagai penyerap dan penyimpan air dalam tanah yang efektif.
Intinya, khusus untuk kebiasaan anthropogenic skala besar ini sangat berhubungan dengan perencanaan dan tata ruang wilayah yang pastinya memang domain institusi pemerintahan dan akuntabilitas publik yang kuat untuk mereduksinya, karena perlu power yang sangat besar untuk bisa mereduksi dengan hasil maksimal.
Untuk kebiasaan anthropogenic skala kecil atau individual, salah satu yang paling lazim dan familiar adalah kebiasaan buruk kita suka membuang sampah sembarangan.Â
Kebiasan buruk dan tidak beradab yang dianggap sepele ini sebenarnya merupakan salah satu ironi terbesar dari perbuatan manusia, sosok makhluk yang berakal budi, makhluk yang diciptakan paling sempurna dibanding makhluk lainnya oleh Sang Khalik. Apa sih susahnya membuang sampah di tempat yang semestinya?Â
Fakta berikutnya adalah semakin sempitnya area lahan resapan air. Andil dari kebiasaan anthropogenic kita cukup besar disini. Salah satunya adalah dengan membangun bangunan dengan cara diuruk secara masif, apalagi jika ditutup dengan semen permanen, khususnya di lahan resapan seperti rawa, bantaran sungai, persawahan dan ruang terbuka lainnya. Celaka lagi, jika fakta semakin sempitnya area resapan ini tidak didukung oleh sistem drainase yang mumpuni.
Bersyukurnya di Kota 1000 Sungai yang lahannya didominasi oleh perairan darat berupa rawa dan sungai sejak dulu sudah berlaku peraturan daerah rumah panggung yang mensyaratkan semua bangunan yang dibangun di seluruh wilayah Kota Banjarmasin wajib menerapkan konsep rumah panggung tanpa uruk, sehingga sebagian besar lahan perumahan masih bisa berfungsi sebagai area resapan.
Jadi, sudap siap mereduksi semua kebiasaan anthropogenic kita?Â
Setidaknya, dengan upaya mereduksi satu penyebab bencana banjir yang memang bisa kita kendalikan dalam skala individu dengan sungguh-sungguh.
Kita sudah berusaha mengurangi potensi terjadinya bencana banjir di sekitar kita dan bukan tidak mungkin, apa yang kita lakukan akan memantik kesadaran kolektif, sehingga juga akan menginspirasi semua stake holder yang berkepentingan dengan kebiasaan anthropogenic untuk bergerak dan bertindak sesuai porsinya berupaya mencegah bencana banjir.