Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Penasaran Drama Korea Gara-gara Kesulitan Mengenali Jenis Kelamin Artis dari Namanya

8 Januari 2021   22:53 Diperbarui: 8 Januari 2021   23:08 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengenal Korea

Mengenal nama Korea, khususnya Korea Selatan, pertama kali saya dapatkan dari dunia olahraga, terkhusus lagi dari cabang olahraga sepakbola, bulutangkis dan tinju, bukan dari drama korea atau yang lainnya.

Dari dunia sepakbola, siapa orang Indonesia yang tidak mengenal keperkasaan squad Taegeuk Warriors alias ksatria taegeuk, si raksasa sepakbola Asia? Satu-satunya tim dari Asia yang bisa tampil di Piala Dunia 9 (sembilan) kali berturut dari toal 10 (sepuluh) kali penampilan sekaligus satu-satunya yang bisa mencapai fase semifinal.

Sedangkam dari bulu tangkis, setali tiga uang, Korea Selatan bersama-sama dengan China dan Indonesia dalam beberapa dekade dikenal luas sebagai "raksasa" bulutangkis tidak hanya di level Asia saja, tapi juga dunia dan untuk cabang tinju, siapa yang bisa melupakan pertarungan dramatis dan monumental antara Ellyas Pical VS Judo Chun pada 3 Mei 1985 yang akhirnya mengatarkan pemuda asli Saparua, Maluku itu menjadi juara tinju dunia pertama yang dimiliki Indonesia. 

Menariknya di milenium baru, ternyata bukan hanya diplomasi "prestasi" olahraganya saja yang semakin mendunia, nyatanya Korea Selatan juga berhasil "mengekspor" beragam produk budayanya ke seluruh dunia, tidak terkecuali ke Indonesia.

Sekarang , generasi milenial nusantara siapa yang tidak kenal dengan istilah drakor alias drama korea, k-pop, omo, daebak, saranghae, Oppa atau mungkin gaya love ala Korea dengan menggunakan dua jari yang semakin populer dan sering terlihat dilakukan paramuda dan beragam istilah populer lain yang berasal dari bahasa Korea yang semakin familiar  sejak gelombang kemunculan gelombang hallyu atau korean wave melanda dunia.

Love ala Korea | kumparan.com
Love ala Korea | kumparan.com

Mengenal Drakor

Perkenalan saya pertama kali dengan drakor mungkin tergolong tidak lazim dan sedikit unik. 

Meskipun serbuan drakor ke dunia hiburan Indonesia begita masif, saya tertarik dengan drakor pertama kali justeru bukan karena drakor yang sedang naik daun sebagai hiburan keluarga atau juga hiburan yang menyajikan cerita dan juga teknik penggarapan yang menarik dan modern, apalagi pemain-pemainnya terkenal bening-bening.

Saya tertarik justeru gara-gara keluhan dari seorang teman penulis yang juga penggemar berat drakor. Teman ini beberapa kali mengungkapkan kekesalannya, karena kesulitan membedakan jenis kelamin pemain drakor dari nama-namanya. Entah apa motivasi dan keperluan dia sampai harus merasa perlu bisa membedakan jenis kelamin artis-artis Korea tersebut dari namanya. Mungkin karena fans berat meraka!?

Mungkin dia membandingkannya dengan "budaya nama" ala nusantara dan sebagian besar dunia yang secara umum memang sekaligus menjadi "tanda jenis kelamin", misal nama Bagus, Michael, Budi, Henry, Joko, Thomas, Joni, Robert, Dadang dll secara umum pemiliknya pasti laki-laki, begitu juga nama Siti, Ayu, Dewi, Cintya, Desi, Arum dll yang umumnya memang milik perempuan. 

Uniknya, ketika saya mencoba mencari referensi di internet, ternyata nama orang Korea secara umum memang tidak seperti nama orang Indonesia dan dunia pada umumnya yang relatif bisa dibedakan jenis kelaminnya dari membaca namanya saja, bahasan lengkap bisa dibaca disini. Sejak itulah saya mulai mencari tahu berbagai hal terkait drakor, terutama kajian tematik sosial budayanya, baik yang ada didalam tema drakor-nya maupun dampaknya di seputarnya.  

IRIS | klook.com
IRIS | klook.com

Sensasi Nonton Drakor

Secara pribadi, menurut subyektif saya sensasi nonton drakor sebenarnya tidak ada bedanya dengan nonton sinematografi atau apapun namanya dari belahan dunia manapun, termasuk yang lebih dulu populer di Indonesia, seperti telenovela dari Amerika Latin atau program televisi sejenis dari India, timur tengah, Jepang, China dan lain-lainnya. 

Jika mengatakan para pemainnya cantik-cantik, memang iya! Cantik-cantik! Tapi pemain drama telenovela juga cantik, begitu juga drama-drama dari India, Jepang, China atau Indonesia sendiri. Semuanya cantik-cantik dengan kekhasan sesuai ras-nya masing-masing, begitu juga dengan setting lokasinya yang ikut menjadi viral sebagai destinasi wisata. 

Perbedaanya, menurut saya pada momentumnya dan juga pada proses propagandanya.  Orang Korea cekatan dalam hal mrespon pasar, itu kunci! Hebatnya lagi, drakor sampai ke Indonesia dan belahan dunia lain bukan sekedar dijual oleh agensi program televisi semata, layaknya program acara drama-drama sejenis di masa lalu, tapi memang ada keterlibatan serius dari pemerintahannya yang sengaja ingin menjadikan industri hiburan sebagai jalan pembuka untuk mengeruk pundi-pundi devisa. 

Buktinya, berdirinya pusat-pusat kebudayaan Korea (Korean Culture Center) di 35 negara, termasuk di Indonesia yang hadir mulai tahun 2011. 

Karena pemerintah Korea menyadari, kalau mereka all out  mendukung "Ekspor budaya" yang dikemas dalam bentuk hiburan ala korea ini dengan pendanaan, teknologi dan juga diplomasi, yellow effect-nya bisa meluas kemana-mana dan itu terbukti!  

Akhirnya bukan industri hiburan drakor-nya saja yang merajai pasar dunia sekaligus menghasilkan devisa yang tidak sedikit, tapi juga industri musik, pariwisata dan banyak lagi yang lainnya! Harusnya kita bisa lebih dari itu!

Film Petualangan The Himalayas | idntimes.com
Film Petualangan The Himalayas | idntimes.com

Drakor Kesukaan

Kalaupun tetap ditanya drakor kesukaan, tidak hanya drakor! Selain kajian tematik sosial budaya dari tontonan yang saya nikmati, untuk urusan nonton, saya paling suka nonton film dengan genre action, komedi, petualangan serta sejarah dan paling tidak bisa nonton film bergenre horor. Sereeeeeeem!

Untuk drakor kebetulan saya punya kecenderungan suka nonton serial atau film-film lama, seperti serial lawas, Iris yang ngehits di tahun 2009 dan dibintangi oleh  Lee Byung-hun, Kim Tae-hee, Jung Joon-ho dll, serta film petualangan The Himalayas, salah satu film terlaris di tahun 2015 yang dibintangi oleh Hwang Jung-min, Jung Woo dan Jo Sung-ha.

Semoga Bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun