Cerita fabel dari negeri rawaÂ
Suasana pagi di rawa-rawa negeri Hulu Sungai masih seperti biasanya, Si Haru dan teman-teman sebayanya, anak-anak ikan gabus atau Ikan haruan yang mulai bisa berburu makanan-makanan kecil untuk camilan pagi, terlihat bermain kejar-kejaran di antara batang dan dedaunan tumbuhan rawa yang bagian atas nya terlihat rimbun menghijau, sehingga bisa melindungi keberadaan meraka dari pandangan para predator yang setiap saat bisa saja menangkap dan menyantap mereka hidup-hidup.
Untuk urusan yang satu ini, sejak masih bayi kedua orang tuanya alias si ikan gabus senior sudah biasa mengingatkannya. Bahkan Si Haru dan teman-teman sebayanya pasti sudah hapal titik dan koma dari kalimat nasihat yang wajib diulang setiap pagi dan menjelang petang tersebut. Terlebih, jika musim banyu dangkal alias air surut pada musim kemarau, ketika ruang gerak mereka menjadi sangat terbatas.
Biasanya pada musim banyu dangkal seperti itulah, bayak keluarga ikan gabus yang kehilangan anggota keluarganya. Ada yang ditangkap manusia, mati terperangkap dalam alat jebakan manusia, ada pula yang dimakan induk ikan Tauman, ikan predator yang sebenarnya masih saudaraan dengan keluarga orang tua mereka, tapi kalau sudah lapar mau apa?Â
Inilah kehidupan khas rimba! Rimba negeri rawa-rawa dimana yang besar dan kuat akan mejadi penguasa yang celakanya pasti sewenang-wenang, bahkan dengan sesamanya sendiri, ikan-ikan penghuni rawa.
Beberapa bulan yang lalu, orang tua Si Haru, si ikan gabus senior hampir saja menjadi korban keganasan predator baru yang sepertinya penghuni baru negeri rawa-rawa, karena sebelumnya tidak ada yang pernah melihat sosok besar berbulu gelap dan menyeramkan yang menyerang mereka.Â
Beruntung, saat hari menjelang senja itu ada anak itik kesasar yang tiba-tiba berkecipak memainkan kaki berselaputnya untuk berenang di dekat si ikan gabus senior sehingga membuatnya terbagun dari mimpi dan langsung berkelit ketika tiba-tiba cakar predator itu berusaha meraihnya.
Uniknya, entah siapa yang memulai dan bagaimana memulainya, sejak saat itu Si Ikan Gabus senior menjadi akrab dan bersahabat dengan anak itik yang ternyata mempunyai nama Si Albi, begitu juga dengan Si Haru.
Sejak saat itu, Albi si anak itik keturunan itik super Alabio dari negeri Rawa Amuntai ini, selalu menghabiskan waktu untuk bermain dengan teman-teman barunya di ujung komplek sarang mereka karena kawasan itu relatif jarang disambangi para predator.
Sayang, lama-kelamaan tempat bermain mereka terendus juga oleh sekelompok binatang yang ukurannya lumayan besar, berbulu kehitaman dan cakar dengan kuku-kuku tajam yang siap mengoyak apa dan siapa saja. Dialah Tuan Beri dan konco-konconya, Gank Berang-berang yang baru saja bermigrasi ke kawasan rawa-rawa ini.
Pada suatu senja di ujung musim, seperti biasa, Si Haru dan kawan-kawannya termasuk Si Albi bermain kejar-kejaran dan petak umpet di tempat biasanya. Tanpa disadari Si Haru, ternyata saat itu kedua orang tuanya dan sebagian warga komplek sarang ikan gabus lainnya  telah menyiapkan pesta untuknya. Hari itu, si Haru ternyata tengah berulang tahun!Â
Saat itu, ketika warga komplek sarang ikan gabus tengah berkumpul untuk memberi kejutan pada Si Haru yang kebetulan sedang kena hukuman harus menemukan persembunyian kawan-kawannya, karena kalah dalam permainan petak umpet.Â
Albi yang sembunyi paling jauh dari tempat Si Haru, tiba-tiba melihat segerombolan berang-berang dibawah komando Tuan Beri tengah mengendap-ngendap dibalik rerimbunan tumbuhan rawa yang agak besar sehingga tidak terlalu terlihat oleh Si Haru dan kawan-kawannya, mungkin juga oleh warga komplek sarang ikan gabus yang tengah mempersiapkan pesta.
Tanpa pikir panjang, tidak mau nyawa sahabat-sahabatnya terancam, dengan gaya berenang super silence yang sama sekali tidak mengeluarkan suara,  Si Albi langsung menuju ke arah kerumunan kawan-kawannya yang kemungkinan besar tidak menyadari adanya bahaya yang mengancam keselamatan mereka.
Benar saja, ketika acara pesta kejutan benar-benar dimulai, saat semua warga komplek sarang ikan gabus berkumpul, saat itulah gerombolan tuan beri menyerang ke arah Haru yang masih kebingungan dan keluarga ikan gabus lainnya yang tengah bersuka cita di pesta ulang tahun Si Haru.
Saat itulah, di momentum yang sangat krusial, Albi dengan gagah berani melabrak sekawanan berang-berang yang sepertinya sudah bermimpi akan berpesta ikan gabus. Meskipun kaget, Tuan Beri yang sigap langsung mengayunkan lengan bercakarnya kearah dada si Albi, hingga merobek bagian kulit arinya.Â
Saat gerombolan Gank Berang-berang itu kaget dengan aksi Si Albi yang tiba-tiba dan tak terduga, sehingga ada waktu sepersekian detik yang lepas dari kontrol mereka. Saat itulah Si Haru dan semua teman, keluarga dan juga warga komplek sarang ikan gabus sempat menyelamatkan diri dengan berenang sejauh mungkin dari jangkauan para predator tersebut.
Sedangkan Si Albi yang terluka parah, sama sekali tidak terlihat gentar dan sama sekali tidak memperlihatkan tanda-tanda akan menyerah pada gerombolan  gank berang-berang yang sepertinnya lupa dengan ikan-ikan yang tadi menjadi buruannya, mereka sepertinya lebih memilih untuk mengeroyok Si Albi ramai-ramai.
Beruntung, disaat kritis itu, terdengar teriakan beberapa manusia yang sepertinya mendengar keributan di ujung rawa ini, mereka para manusia ini berusaha mengusir gank berang-berang dengan berbagai senjata tajam di tangan.
Sayang, setelah gank berang-berang pergi, sekelompok manusia ini juga pergi. Entah mereka tidak tahu keberadaan Si albi yang terluka parah atau memang sama sekali tidak tertarik dengan seekor bebek tanggung yang luka parah!?
Saat situasi telah aman terkendali, Si Haru dan teman-temannya, berikut warga komplek sarang ikan gabus mendekati Si Albi yang tengah terluka parah dan tergolek lemah di tepian pematag. Ternyata saat itu Albi masih hidup. Begitu mengetahui kawan-kawannya telah mengelilinginya, Albi berucapÂ
" Teman-teman, maafkan aku. Karena aku, karena badanku yang besar sehingga susah untuk sembunyi, tempat bermain dan juga komplek sarang kalian diketahui para pemangsa yang ganas itu. Sekali lagi, maafkan aku ya teman-teman".
Sayang belum sempat Si Haru dan kawan-kawan berterima kasih atas pengorbanan tanpa pamrih dari sahabatnya tersebut, Si Albi telah dipanggil menghadap Sang Khalik.
Semoga Bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sunagi, Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H