Uniknya, khusus untuk tiang atau pilar, secara keseluruhan Masjid Agung Sumedang ini ditopang sebanyak 166 tiang, selain 14 tiang raksasa dengan diameter 100 cm, masjid juga ditopang sebanyak 106 tiang dengan diameter 60 cm di bagian luar.
Detail keunikan Masjid Agung Sumedang juga menyentuh bagian interior. Jika kita hanya sebatas melihat dari tampilan foto (seperti diatas), tampilan bagian mihrab tempat imam shalat dan mimbar untuk khatib berkhutbah dalam kesatuan frame, maka yang terlihat lebih identik dengan mahligai sebuah keraton, bukan layaknya mihrab masjid pada umumnya. Unik kan?
Tampilan bak mahligai keraton ini tidak lepas dari keberadaan ornamen berukir berbahan kayu jati dengan aksen tiongkok pada sisi luar kusen pintu bagian mihrab, 2 (dua) buah jam duduk kayu dan mihrab tua berukir indah dan beratap limas kecil yang lebih menyerupai singgasana  seorang raja daripada mimbar untuk berkhutbah, dengan aksen warna keemasan pada bagian tiang dan warna cokelat kayu pada bagian lainnya.  Â
Menariknya lagi, kayu panjang seperti tombak yang biasa dipegang khatib saat berkhutbah pada shalat Jumat yang terbuat dari kayu jati itu masih orisinil dan berusia lebih dari seabad.
Sisi Luar Masjid
Dalam konsep peradaban Islam, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah khusus, apalagi hanya dikhususkan untuk sholat lima waktu saja, karena sejatinya masjid juga berperan sebagai pusat ibadah dalam maknawi yang lebih luas, yaitu sebagai pusat dakwah rahmatan lil alamin dan sekaligus pemberdayaan umat. Â
Fakta riil konsep masjid seperti diatas jelas sekali terlihat di lingkungan Sumedang Grote Moskee atau Masjid Agung Sumedang. Selepas waktu sholat Ashar, di bagian selasar atau teras-teras yang banyak ditopang oleh pilar-pilar yang cukup unik, terlihat banyak sekali aktifitas dakwah keIslaman disitu, mulai dari pembelajaran Alquran dengan bergam kelas-kelasnya dan terlihat juga sebagian anak-anak yang belajar seni musik hadrah.