Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jalan Sunyi "Panahan Kasumedangan" Menolak Punah

9 Desember 2020   23:38 Diperbarui: 12 Desember 2020   20:02 1371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Metamorfosis Panahan

Olahraga memanah atau kita sering menyebutnya sebagai panahan, sejauh ini sepertinya masih belum menjadi cabang olahraga yang populer di nusantara.

Ya, seperti layaknya sepakbola atau bulutangkis, tapi bukan berarti cabang olahraga yang lahir dari proses metamorfosis tradisi berburu yang akhirnya menjadi alat berperang dan selanjutnya menjadi cabang olahraga yang dikompetisikan ini tidak ada penggemarnya!

Baca Juga: "Negeri Bedil" Cipacing, Etalase Kreativitas Kelas Dunia di Sudut Kota Tahu Sumedang

Sejatinya, masyarakat nusantara sudah sejak lama mengenal aktifitas memanah yang dibuktikan dengan adanya tradisi dan budaya memanah di beberapa daerah di Indonesia yang sampai sekarang masih ada dan eksis, baik sebagai bagian dari kegiatan olahraga tradisional, maupun bagian dari ritual aktivitas budaya.

Jika di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, kita mengenal rourou atau juga silogui, panah beracun untuk berburu yang masih eksis sampai sekarang. 

Bahkan tiap tahun juga diselenggarakan festival dan perlombaan memanah (mupatok), maka dari Jogjakarta kita mengenal jemparingan, olahraga panahan tradisonal yang didalamnya sarat dengan filosofi dan perlambang khas peninggalan tradisi budaya mataram.

Begitu juga di Sumedang Jawa Barat, olahraga panahan tradisional yang biasa disebut panahan Kasumedangan yang telah berusia beberapa abad, juga masih eksis.

Pemanah Kasumedangan Sedang Membidik Sasaran | Screenshoot YouTube/KrisnaEuy 
Pemanah Kasumedangan Sedang Membidik Sasaran | Screenshoot YouTube/KrisnaEuy 

Pasca trio Srikandi atlet beregu panahan Indonesia yang terdiri dari Kusuma Wardhani, Lilies Handayani, dan Nurfitriyana Saiman berhasil mempersembahkan medali perak di ajang Olimpiade 1988 yang diselenggarakan di Seoul, Korea Selatan.

Prestasi mereka yang ternyata juga tercatat sebagai raihan medali pertama bagi Indonesia di ajang olahraga terbesar di dunia tersebut, meskipun masih belum terlalu signifikan, tetap saja menjadi momentum terbaik naiknya popularitas olahraga panahan di Indonesia, saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun