Awal semua rasa,
Mulai dari suapan pertama, kunyahan pertama,
gigitan pertama, sampai jadi makanan yang disuka
...
Awal semua rasa kita hari ini, datangnya dari lidah mama
Karena dari dulu, selera kita itu dari apa yang mama suka
"Selera Kita dari Lidah Ibu"
Begitulah kira-kira narasi dari sebuah iklan produk consumer good yang akhir-akhir ini sering wira-wiri menghias layarkaca keluarga nusantara, khususnya di program-program acara dengan segmen remaja-dewasa yang menjadi target pasar produk yang ditawarkan.Â
Mendengarkan sekaligus merenungi narasi iklan yang menurut saya pilihan diksinya relatif sederhana tapi cukup cerdas dan bernas dalam mendiskripsikan pesannya tersebut, mengingatkan saya pada sebuah peristiwa luar biasa, penuh hikmah yang sepertinya selama ini lepas dari perhatian saya, mungkin karena aktifitasnya yang tidak berbeda layaknya rutinitas sehari-hari, sehingga momen emasnya sering terlewatkan begitu saja.Â
Apa itu?
Proses transfer ilmu dan pengetahuan sebagai salah satu referensi kehidupan awal dari seorang ibu kepada anak-anaknya.Â
Narasi diskriptif  iklan diatas sangat mudah dipahami, menunjukkan proses terbentuknya selera terhadap taste atau citarasa (khususnya masakan) dari masing-masing individu yang prosesnya diawali dari suapan pertama dan secara beruturt-turut diikuti dengan kunyahan pertama, gigitan pertama sampai taste atau citarasa olahan bunda yang tentunya pasti taste kesukaan beliau yang secara kontinyu menjadi menu asupan kita begitu melekat, menjadi referensi citarasa yang terekam dan akhirnya melekat dalam otak, sehingga akhirnya menjadi selera kita.
Diskripsi diatas menjadi salah satu bukti riil yang paling mudah dipahami sekaligus dibuktikan oleh siapa saja, terkait "cara kerja" transfer ilmu dan pengetahuan, termasuk peran penting, serta strategisnya posisi seorang ibu dalam proses pembentukan referensi dasar kehidupan anak-anaknya, sehingga banyak kalangan yang menyebut ibu sekolah pertama bagi anak-anaknya.