Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Wadai Koya, Citarasa Nostalgia Sang Legenda

16 November 2020   16:08 Diperbarui: 19 November 2020   00:47 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wadai Koya yang saya kenal pertama kali pada era 80-an di kantin sekolah, warung, pasar sampai di hajatan-hajatan atau di rumah-rumah tetangga saat lebaran, tidak ada yang home made atau buatan sendiri, semuanya buatan pabrik yang berlokasi di Malang- Jawa Timur, yaitu perusahaan kue Nam Hien. 

Uniknya, meskipun wadai koya ini sempat nge-hits di zamannya, tapi tidak banyak lho yang mengetahui secara pasti lokasi parik atau tempat pembuatannya di Kota Malang. 

Sebagian besar artikel malah menyebutkan jika pabrik wadai koya ini tergolong masih misteri! Tapi jangan kuatir, dari salah satu artikel lama di Kompasiana, saya malah mendapatkan informasi penting tentang pemilik, sekaligus lokasi pabriknya di Kota Malang.

Disebutkan di sana bahwa pabriknya terdapat di Jl. Tenaga Utara 9, Malang, milik 2 bersaudara, Bapak Djunaedi dan Bapak Senosdarmadji. Tentu kebenarannya bisa diverifikasi oleh rekan-rekan Kompasianer Malang Raya. Syukur-syukur jika suatu saat nanti teman-teman bisa visit atau liputan ke sana!

Baca Juga: Menikmati Kesegaran "Bingka Barandam", Kue Berkuah nan Unik Khas Kalimantan Selatan

Saya masih ingat, dulu di kantin sekolahan di sebelah timur laut kaki gunung Lawu, wadai koya ini bersaing sengit dengan kerupuk gapit, yaitu kerupuk pasir atau kerupuk upil yang di atasnya diberi sayur atau kuluban hijau dan diberi sambal pecel yang asin pedas dan diatasnya ditutup lagi dengan kerupuk pasir (sandwichl kerupuk pecel).

Sedangkan di "arena" hajatan dan sajian lebaran, wadai koya wajib bersaing dengan madumongso, tape ketan, dan rengginang. Hayo ada yang masih ingat nggak?

kerupuk gapit (dok. pribadi)
kerupuk gapit (dok. pribadi)
Salah satu kenangan dengan wadai koya yang tidak terlupakan adalah waktu keliling ke rumah-rumah tetangga bersama teman-teman saat lebaran tiba. Biasanya, kami menjadikan wadai koya  sebagai senjata untuk menyerang teman-teman. Haaaaaah menyerang!?

He...he...he... cuma main-main kok!

Wadai koya itu kan kalau dimasukkan dalam mulut langsung hancur, meskipun tanpa digigit ataupun dimamah. Naaaaah, tepung wadai koya yang didalam mulut itulah senjata untuk menyerang teman-teman yang baru ketemu di tengah jalan yang ujung-ujungnya pasti saling kejar-kejaran sampai kelelahan ...he...he...he... usil juga ya! Namanya juga anak-anak...

Oya, karena wadai koya ini mudah ambyar menjadi tepung di dalam mulut, bagi yang belum terbiasa mungkin akan merasakan seret (tenggorokan kering kurang air) saat menelan remahan kue ini. Maka tips terbaik menikmati wadai koya ini adalah dengan ditemani secangkir teh hangat, persis seperti yang saya lakukan sejak puluhan tahun silam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun