***
"Burhaaan...Kariiiim,...Sini nak!" Panggil Haji Rahman, kaum yang juga imam Masjid Al Mujahidin, kepada duo kakak-beradik yang sepertinya hendak pulang ke rumah tersebut.
Tidak biasanya memang, setelah selesai memimpin bacaan wirid dan doa setelah sholat Maghrib berjamaah, Haji Rahman tidak melanjutkannya dengan berdzikir seperti biasanya, tapi malah memanggil duo bocah yang masih terhitung tetangganya tersebut.
"Inggih Pak Haji!" Jawab kedua bocah tersebut sambil mendekati Haji Rahman sekaligus mencium tangan kanan sidin dengan takzim.
"Sudahkah menyusun sandal?" Tanya Haji Rahman kepada duo kakak-beradik berumur kira-kira 10 tahun dan 8 tahun yang tinggal tidak jauh dari komplek masjid tersebut.
"Alhamdulillah, sudah Pa Haji!" Jawab keduanya hampir bersamaan.
"Ini, semalam ada bapak-bapak bakirim sarung gasan kalian, sidin berpesan dirawat baik-baik dan selalu dipakai ke masjid-lah!" Kata Haji Rahman sambil menyerahkan dua sarung yang masih berbungkus plastik.
Haji Rahman menyampaikan pesan dari bapak-bapak setengah baya yang dua hari sebelumnya menitipkan dua sarung tersebut kepada sidin untuk diberikan kepada dua bocah yang sering menyusun sandal di pintu belakang masjid ba'da shalat Maghrib.
Awalnya, Haji Rahman juga tidak mengetahui perihal dua bocah yang dimaksud oleh si-bapak pemberi sarung yang sepertinya seorang pejabat atau pengusaha tersebut, karena biasanya sidin terbiasa pulang ke rumah setelah jamaah masjid habis, jadi tidak pernah melihat aktifitas apa-apa setelah jamaah bubar.
Setelah mendapat amanah titipan dari si-bapak, Haji Rahman baru mengetahui perihal Burhan dan Karim yang biasa menyusun semua sandal-sandal jamaah seusai shalat, itupun setelah sidin bertanya kepada beberapa jamaah lainnya.
 "Terima kasih, Pak haji! Tapi kalau nanti ditakuni mama, ini dari siapa Pak Haji?" Tanya kedua bocah tersebut polos sambil mencium tangan Haji Rahman bermaksud untuk pamit pulang.