Warung makan tradisional Banjar dengan tampilan arsitektur layaknya rumah-rumah kayu sederhana yang berdiri di tepian sungai khas masyarakat Banjar ini mempunyai dua muka.
Yaitu, muka yang menghadap ke jalan raya layaknya rumah di tepi jalan pada umumnya dan muka yang menghadap ke jalur Sungai Martapura, layaknya rumah-rumah Banjar bahari (lama; Bhs Banjar) yang mempunyai teras dan dermaga untuk tambat berbagai kendaraan air, seperti jukung, kelotok dan lainnya.
Penampakan dari arah jalan raya, rumah berbahan kayu ulin (Eusideroxylon zwageri)Â tua berwarna kehitaman ini tampak tidak terlalu besar, tapi begitu masuk kedalam tempat makan di bagian belakang rumah atau di bagian depan jika masuk melalui akses sungai.
Ruangan semi terbuka yang semua perabotnya juga terbuat dari kayu besi atau kayu ulin dan bisa mengakses langsung view sungai tersebut cukup luas dan sangat leluasa untuk menjadi destinasi sarapan pagi di tepian sungai ala Urang Banjar yang takkan terlupakan.
Jukung barenteng para pedagang pasar terapung yang sedang melintas pulang ditarik kelotok, taksi air yang masih sering wira-wiri mengantar penumpang berikut barang-barang bawaanya atau mungkin para petani keramba yang sedang memberi pakan ikan-ikan budidayanya, jelas akan menjadi kenangan tak terlupakan.
Tidak hanya itu!Â
Selain memberikan suasana rumah banjar bahari (jaman dulu) di tepian sungai, Warung Batang Banyu juga menyediakan menu-menu kuliner tradisional Banjar nan jadoel yang relatif susah ditemukan di pasaran karena berbagai sebab.
Salah satunya yang menjadi menu andalan adalah "katupat batumis, kuliner yang secara tradisional umumnya hanya bisa ditemukan pada acara-acara hajatan saja.
Sekilas, penampakan katupat batumis mirip dengan lontong sayur yang banyak terdapat di berbagai daerah di nusantara, salah satunya mungkin mirip dengan kuliner tepo jangan khas Madiun-Magetan, Jawa Timur yang umumnya punya citarasa kuah jangan lombok (kuah sayur lombok) gurih dan pedas.