Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang "Jempol Oke" Acil Ida dan Eksotika Pasir Terapung yang Kelak Mendunia

26 Juni 2020   15:11 Diperbarui: 26 Juni 2020   15:14 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acil Ida dalam ID Station RCTI | rcti.tv

ID Station RCTI - Pasar Terapung

Mendunianya icon pariwisata Kalimantan Selatan, khususunya di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! yaitu Pasar Terapung di muara Sungai Kuin di hilir Sungai Barito, tidak bisa terlepas dari peran iklan ID Station televisi swasta nasional pertama di Indonesia, RCTI yang menjadikan aktifitas sehari-hari pasar unik warisan budaya sungai khas Urang Banjar yang berusia lebih dari empat abad tersebut  sebagai tema.

Dalam iklan ID Station berdurasi 31 detik tersebut, secara detail diperlihatkan aktifitas budaya pasar terapung di muara Sungai Kuin di tepian Sungai Barito, Salah satu sungai terbesar dan terpanjang di Indonessia yang alirannya juga membelah Kota Banjarmasin. 

Baca Juga :  Menemukan "Pasar Terapung Lok Baintan" dari Jalur Darat

Tampak para pedagang juga pembeli yang sama-sama berada diatas jukung (perahu kecil khas Banjar) dan juga kelotok (perahu sedang bermesin tempel) sedang merapikan beragam sayuran dan buah-buahan, saling menawar barang dan ada juga yang sedang melakukan barter barang.  Ada beberapa diantaranya yang memakai topi purun  dan juga tanggui  alias caping khas Urang Banjar. 

Khusus untuk barter barang, ini merupakan salah satu tradisi bertransaksi tempo dulu khas urang Banjar nan unik yang sampai sekarang masih bisa kita jumpai, khususnya di Pasar Terapung.

Menjelang akhir tayangan iklan, tampak close up seorang ibu berkerudung yang awalnya merunduk merapikan sayuran dagangannya yang secara berlahan terlihat duduk tegak menghadap layar dan sejurus kemudian tampak mengacungkan jempol tangan kanannya yang diikuti bunyi jingle "RCTI Oke!". 

Baca juga :  Jembatan Gantung Tandipah, Mengantarku Pulang dari Pasar Terapung Lok Baintan

Sosok ibu setengah baya pedagang pasar terapung yang secara  close up tampak diakhir iklan ID Station tersebut, dikenal masyarakat Kota 1000 Sungai sebagai Acil Ida atau Haji Ida. Nama sidin (beliau;bhs Banjar) akhirnya juga ikut terkenal, seiring gencarnya iklan ID Station yang tayang antara 24 Agustus 1996 -24 Agustus 1998 tersebut mengisi jeda waktu siar antar program acara di RCTI.

Acil Ida dengan Cucunya | merdeka.com
Acil Ida dengan Cucunya | merdeka.com

Lama tidak terdengar kabar sidin, secara mengejutkan, kemarin (25/6/2020) seluruh media sosial milik RCTI memposting kabar duka dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! sekaligus mengabarkan berpulangnya sidin menghadap Sang Khaliq. Sidin yang bernama lengkap Hj Noor Parida binti Haji Hadar, meninggal pada hari Kamis, 25 Juni 2020 jam 09.00 WITA tepat pada usia 66 tahun di kampung halamannya yang tidak jauh dari lokasi pasar terapung di muara Sungai Kuin, yaitu di Jl. Alalak Selatan RT.04, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.

Baca Juga :  Sisi Unik Pasar Terapung Banjarmasin yang Masih Jarang Diketahui Publik                        

Terakhir terlihat di media, saat sidin bersama-sama dengan Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina bersama-sama meresmikan pembukaan pasar terapung "buatan" Kuin Alalak, di Dermaga Makam Sultan Suriansyah, Banjarmasin Utara yang digadang-gadang bisa mengobati kerinduan masyarakat kota lama atau ibu kota kesultanan Banjar tersebut kepada eksistensi keramaian pasar terapung, setelah pasar terapung muara sungai kuin pamornya terus meredup, seiring semakin tenarnya beberapa destinasi pasar terapung lain di beberapa titik di Kota 1000 Sungai. 

Hj. Noor Parida bersama Walikota Ibnu Sina dan Istri Saat Peresmian pasar terapung
Hj. Noor Parida bersama Walikota Ibnu Sina dan Istri Saat Peresmian pasar terapung "buatan" Kuin Alalak, di Dermaga Makam Sultan Suriansyah | kanalkalimantan.com

Mengenal Acil Ida

Acil (bibi,tante ; bhs Banjar) Ida atau lengkapnya Hj Noor Parida, bersama-sama suaminya H Bahrul, seorang pengusaha kayu  telah menunaikan haji jauh sebelum sidin dikenal sebagai "bintang" dari iklan ID Station RCTI dengan tema budaya pasar terapung yang juga melambungkan nama sidin pada  akhir dekade 90-an, setelah selama sekitar dua tahun  iklan ID Station tersebut wira-wira sepanjang hari di antara jeda program siaran RCTI. 

Acil Ida turut merasa bangga berkat iklan ID Station yang dibuat saat sidin berusia sekitar 40-an tahun tersebut, nama pasar terapung di Muara Sungai Kuin di tepian Sungai Barito itu akhirnya mendunia, dikenal secara luas oleh masyarakat, bahkan kelak juga dikenal sebagai salah satu icon pariwisata penting bagi banua, Kalimantan Selatan.

Seperti Urang Banjar kebanyakan, Acil Ida juga sangat akrab dengan budaya sungai. Bahkan, Acil Ida tidak sebentar menjadi bagian dari aktifitas pasar terapung di Muara Kuin, yaitu sekitar 13 tahun sidin  setiap pagi buta berangkat menuju pasar terapung untuk berjualan beragam sayuran dengan menggunakan jukung atau kelotok.

whatsapp-image-2020-06-25-at-14-01-41-5ef59b3e097f36721a07d772.jpeg
whatsapp-image-2020-06-25-at-14-01-41-5ef59b3e097f36721a07d772.jpeg
Rumah Mendiang Acil Idah di kawasan Alalak Selatan, Kecamatan Banjarmasin Utara | kanalkalimantan.com

Dari berbagai usaha, termasuk usaha kayu sang suami yang kebetulan lebih dulu berpulang dan juga usahanya berjualan di pasar terapung, sidin bisa menghidupi delapan orang anak-anaknya, meskipun tetap merasakan pedihnya "jatuh bangun" dalam kehidupan, terutama pasca sang suami berpulang menghadap Sang Khaliq pada bulan Juni empat tahun silam.

Di masa tuanya, sebelum berpulang, Acil Ida menikmati masa tuanya bersama anak-anak dan 16 cucu-cucunya di rumah sederhana di kawasan Alalak Selatan, Kecamatan Banjarmasin Utara. Sidin sudah "pensiun" dari aktifitas berjualan di Pasar Terapung Muara Kuin sekitar sepuluh tahun yang lalu, atau sesaat sebelum pamor pasar terapung mulai memudar dan memilih membuka lapak jualan di depan rumahnya dengan berjualan nasi kuning, lontong dan juga wadai (kue tradisional Banjar).

Baca Juga :   Minggu Pagi di Pasar Terapung, Siring Tendean, Banjarmasin

Dalam berbagai kesempatan, sidin juga mengungkapkan keprihatinannya terkait kondisi Pasar Terapung di Muara Sungai Kuin yang hidup segan mati tak mau! Dulu,  begitu ramai dan mendunia. Terlebih, sejak muncul iklan ID Station RCTI, pengunjung datang dari seluruh penjuru nusantara, bahkan manca negara, tapi saat ini meskipun setiap pagi masih ada saja pedagang yang berjualan maupun wisatawan yang berkunjung, tapi euforia-nya tidak eperti dulu.  

Acil Ida | pesiarcitymag
Acil Ida | pesiarcitymag

Acil Ida dan ID Station RCTI 

Menurut penuturan acil Ida, awalnya sidin kaget juga dipilih memerankan pedagang pasar terapung dalan iklan legendaris itu. Ketika ditanya, alasan dipilih sebagai "bintang" dalam iklan tersebut, sidin mengaku tidak tahu pasti. Menurut sidin, mungkin sebelumnya tim kreatif dari RCTI sudah memantau aktifitas keseharian sidin saat pagi-pagi tulak (pergi;bhs Banjar) mengayuh kelotok dengan membawa dagangan sayur-sayuran untuk dijual di Pasar Terapung.

Proses syuting adegan iklan tersebut, khususnya untuk scene mengangkat jempol, menurut sidin sempat diulang-ulang sampai belasan kali. Kalau tidak salah sampai 15 kali. Itupun menurut sidin masih mau diulang lagi. 

Dari hasil syuting iklan ID Station RCTI tersebut, sidin mendapatkan honor Rp 40 ribu, angka yang termasuk lumayan untuk ukuran saat  itu. Uang itu langsung sidin belikan sarung dan sejadah sebagai kenang-kenangan hasil jadi "artis" dadakan tersebut.

Pada tahun 2002, sidin diundang ke Jakarta untuk mendapatkan penghargaan dari RCTI sebagai tanda jasa keterlibatan sidin dalam mengenalkan budaya masyarakat Banua ke masyarakat nusantara dan dunia. Bahkan, penghargaan tersebut sampai saat ini masih dipajang di ruang tamu. Selain penghargaan, saat itu, sidin juga mendapatkan uang tunai sebesar  Rp 14 juta, TV 14 inch dan biaya pendidikan atau beasiswa untuk salah satu anak perempuan sidin sampai lulus kuliah. 

Unggahan Berduka Cita di Berbagai Media Sosial RCTI | IG RCTI 
Unggahan Berduka Cita di Berbagai Media Sosial RCTI | IG RCTI 
RCTI dan Urang Banua berduka!

Ungkapan belasungkawa dan berduka cita terkait meninggalnya Acil Ida langsung menyebar luas secara daring di lingkungan Urang Banjar di Kota 1000 Sungai dan juga Kalimantan Selatan. Ternyata, tidak hanya Urang Banjar saja yang merasa kehilangan atas berpulangnya Acil  Ida, tapi sepertinya semua orang yang pernah merasa menikmati "jempol oke" sidin. Bahkan banyak tokoh nasional yang dulu, dimasa mudanya pernah terinspirasi jempol oke acil Ida juga turut mengucapkan belasungkawa.

Tak kurang dari politisi Partai Demokrat, Hinca Pandjaitan dan juga gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil turut mengucapkan bela sungkawa atas berpulangnya acil Ida yang menurut keterangan salah satu putrinya, kesehatan sidin memang sudah menurun sejak tahun 2015 lalu.


Dari semua media sosialnya, RCTI yang ikut berjasa melambungkan nama sidin dan juga pasar terapung  juga mengunggah ungkapan berdukacita mendalam, bahkan dalam akun You Tube resminya, RCTI mengunggah ulang video in memoriam Hj. Noor Parida dengan judul RCTI OKE Mengenang Ibu Noor Parida, memori iklan ID Station 20 tahun silam yang dibagian tengahnya diselipkan video aktifitas Acil Ida di masa tuanya sebelum berpulang menghadap Sang Khaliq.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama! 

Semoga bermanfaat!

Salam dari Koat 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun