Dari sisi pembuatannya, dari hulu pemilihan dan pengolahan bahan baku sampai finising sebagai muara, semuanya super unik!Â
Bahan pembuatan kupiah berupa akar tanaman jangang, di Kalimantan Selatan sendiri sekarang mulai susah didapatkan. Karenanya, untuk keperluan keperluan produksi masal, para perajin kupiah jangang di sentra kerajinan anyaman Desa Margasari, Rantau, Kabupaten Tapin, sekitar 250 km dari Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, lebih mengandalkan pasokan bahan dari pedalaman hutan Kalimantan Timur dan Purukcahu atau  Muarateweh, Kalimantan Tengah.
Pengolahan bahan baku akar jangang, dimulai dari mengupas kulit luar sesaat setelah diambil dari hutan. Setelah itu, hasil kupasan ini biasa disebut kulit lapisan kedua dan jika dikupas lagi akan menghasilkan hati jangang. Lapisan ketiga inilah yang mempunyai tekstur paling lembut, lentur dan halus.
Keduanya, baik kulit lapisan kedua maupun hati jangang inilah yang selanjutnya diolah menjadi kupiah. Sedang kupasan kulit terluar yang relatif keras dan tidak elastis tidak bisa dimanfaatkan, jadi biasanya dibuang.
Hanya saja, hasil olahan kupiah dari kulit lapisan kedua dan hati jangang sangat jauh berbeda. Kupiah dari kulit jangang lapisan kedua yang bahannya relatif lebih keras/kaku dan sedikit lebih tebal, umumya akan mempunyai pola dan motif anyaman yang lebih kasar dan sederhana dengan lubang yang relatif besar-besar jika dibandingkan dengan kopiah berbahan hati jangang.Â
Pada kupiah berbahan hati jangang yang bahannya jauh lebih  kecil, lembut, lentur dan halus, sehingga bisa dilipat (walaupun tidak direkomendasikan untuk perwatan dan pemeliharaanya, agar lebih tahan lama)  motif anyamannya tampak lebih kompleks, cantik, rapi dan pastinya lebih rumit dengan lubang lebih rapat yang memerlukan konsentrasi dan ketelitian ekstra saat membuatnya, wajar jika kupiah dari bahan jenis ini prosesnya bisa sampai satu bulan untuk pembuatan satu kupiah, jauh lebih lama dan pastinya jauh lebih mahal, bisa mencapai jutaan rupiah.
Warna asli akar jangang adalah gradasi coklat muda sampai tua alias tidak merata, agar terlihat merata, sehingga kupiah akan terlihat lebih rapi dan lebih indah, maka setelah selesai dianyam menjadi kupiah, direndam dulu selama 10-15 menit di air yang sudah dicampuri parutan kayu uwar, salah satu kekayaan hasil hutan Kalimantan lainnya.
Budaya Kopiah Jangang
Dari beberapa sumber disebutkan jika sejarah kupiah jangang sejak ratusan tahun lalu tidak bisa lepas dari sentra perajinnya di Desa Margasari yang dulunya, konon memang banyak ditumbuhi tanaman jangang.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!