Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nasib Tradisi Lawang Sekepeng Setelah Tak Ada Pak Haji dan Ma' Haji Baru Tahun Ini

5 Juni 2020   11:11 Diperbarui: 6 Juni 2020   18:41 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak Ada Haji 2020/1441 H

Pemerintah Indonesia melalui Menteri Agama Fachrul Razi, dalam jumpa pers Selasa (2/6/2020), akhirnya mengumumkan pembatalan penyelenggaraan ibadah haji 2020.

Alasannya pemerintah belum mendapat kepastian pembukaan penyelenggaraan ibadah haji dari Kerajaan Arab Saudi baik untuk haji reguler maupun non-reguler, padahal waktu penyelenggaraanya di bulan dzulhijah hanya menyisakan beberapa minggu lagi.

Artinya, fakta waktu penyelenggaraan haji yang semakin mepet, hanya tinggal beberapa minggu saja jelas tidak cukup bagi pemerintah Indonesia untuk bisa mempersiapkan secara maksimal ubarampe (persiapaan, pelaksanaan, pembinaan, pelayanan dan perlindungan) bagi Jemaah haji dari Indonesia yang totalnya mencapai 231.000 agar aman dan nyaman selama menjalankan ibadah di tanah suci.

Estimasi Daftar Tunggu Haji | haji.kemenag.go.id
Estimasi Daftar Tunggu Haji | haji.kemenag.go.id

Waduuuuuh, berarti ada 231.000 calon jamaah haji lagi yang otomatis menambah daftar antrian haji Indonesia tahun depan? Jadi, berapa tahun lagi antrian haji di banua kita, Kalimantan Selatan? 

Baca Juga :  Ketika Orang Banjar Naik Haji 

Melihat dari data estimasi daftar tunggu haji realtime yang bisa diakses melalui situs haji.kemenag.go.id, sampai posisi hari ini sepertinya tidak ada perubahan yang signifikan. Daftar tunggu haji untuk Kalimantan Selatan tetap menjadi salah satu yang terlama di Indonesoia yaitu sekitar 33 tahun. Artinya, jika hari ini mendaftar haji, maka Insha Allah akan berangkat haji pada musim haji tahun 2053 yang akan datang. 

Tetap Sabar dan terus meminta pertolongan Allah SWT saja ya, biar kesampaian!

Selamat Idul Fitri 1441 H, Matan Banjarmasin | @kaekaha
Selamat Idul Fitri 1441 H, Matan Banjarmasin | @kaekaha

Haji dan Urang Banjar

Sudah menjadi rahasia umum, bila suku Banjar yang juga akrab disebut sebagai Urang Banjar, salah satu entitas budaya nusantara yang terkonsentrasi di kawasan bagian tenggara Pulau Kalimantan yang sekarang lebih dikenal sebagai wilayah Propinsi Kalimantan Selatan ini mempunyai kedekatan histori dan juga budaya yang begitu kuat dengan Islam.

Tidak heran jika kemudian, secara emosional Urang Banjar separti menyatu dengan Islam berikut segala atribut yang dibawanya, seperti digambarkan oleh antropolog Judith Ann Nagata, Profesor Emeritus dan Antropologi dari York University, Toronto Canada.

"Di mana Suku Banjar merupakan salah satu suku di Indonesia yang identitas kesukuannya bertumpang tindih dengan identitas keagamaan, "Agama ya suku, suku ya agama".

Sejarah interaksi di antara masyarakat Banjar dengan Agama Islam sebagai tatanan kehidupan yang paripurna diyakini para sejarawan telah dimulai jauh sebelum berdirinya Kesultanan Banjar, kesultanan pertama di pulau Kalimantan yang menjadikan Islam sebagai agama resmi negara, sekitar 5 abad yang lalu.

Sedangkan, untuk ibadah haji-nya sendiri menurut budayawan Banjar yang juga kompasianer, Zulfaisal Putra memang tidak ada catatan resmi  yang bisa dijadikan rujukan, tapi jika melihat sejarah hidup Syeh Muhammad Arsyad Al Banjari atau juga dikenal sebagai Datu' Kalampaian  (1710-1812), ulama berpengaruh dari Kesultanan Banjar ini semasa hidupnya pernah menetap di Mekkah sekitar 30 tahunan.

Baca Juga :  Mengenal Datu’ Kalampaian dan 4 Serangkai Ulama dari Tanah Jawi (Melayu) Inspirasi Nusantara 

Artinya, tahun 1700-an sudah ada Urang Banjar yang naik haji. Bahkan, menurut catatan Lesley Potter (2000), sebagaimana dikutip budayawan Banjar Taufik Arbain, pada tahun 1800-1900-an tercatat persentase dan proporsi jamaah haji urang Banjar yang lebih besar dari jamaah dari pulau Jawa.

Lawang Sekepeng sederhana | @kaekaha
Lawang Sekepeng sederhana | @kaekaha

Haji dan Budaya Lawang Sekepeng

Sejarah panjang berhajinya Urang Banjar ternyata juga banyak membentuk berbagai keunikan tradisi budaya baru sebagai konsekuensi terjadinya silang budaya atau akulturasi dengan budaya luar, khususnya Islam dari negeri Arab dengan segala keunikannya. 

Baca Juga :  Bertemu Bintang Sepak bola di Masjidil Haram       

Sayangnya, budaya lokal masyarakat suku Banjar seputar berhaji atau terkait dengan kepergian masyarakat Banjar ke tanah suci untuk naik haji, saat ini mulai banyak yang hilang. Tidak jauh berbeda dengan berbagai tradisi dan budaya lokal lain di nusantara yang lebih banyak berada dalam situasi layaknya hidup segan mati tak mau.

Salah satunya yang paling menarik adalah tradisi lawang sekepeng atau penyambutan haji khas Urang Banjar yang ternyata juga dikenal oleh masyarakat Suku Dayak sebagai tradisi penyambutan juga.

Sayangnya, dari hasil hunting keliling Kota Banjarmasin pada musim haji tahun semalam (kemarin; Bahasa Banjar) dari sekian ratus jamaah yang pulang haji, saya hanya mendapatkan beberapa saja di antaranya yang masih melestarikan tradisi lawang sekepeng.

Untuk tahun ini jelas tidak akan ada tradisi lawang sekepeng, karena Indonesia sudah memastikan tidak akan mengirimkan jemaahnya. Bagaimana dengan tahun depan, apakah tradisi lawang sekepeng masih akan eksis di banua Banjar?

Kain Putih Terbentang | @kaekaha
Kain Putih Terbentang | @kaekaha

Tradisi lawang sekepeng merupakan salah satu tradisi unik masyarakat Banjar yang tumbuh dari proses akulturasi budaya asli masyarakat Kalimantan dengan Islam. Tradisi ini secara turun temurun dilestarikan sebagai ritual untuk menyambut Pak Haji dan Ma' Haji yang baru tiba dari Tanah Suci.

Memang tradisi lawan sekepeng ini tidak hanya berlaku untuk yang datang dari pergi haji saja, tapi juga yang baru datang dari pergi umrah.

Tradisi Lawang Sekepeng pada dasarnya merujuk pada sebuah gapura atau pintu gerbang (lawang) penyambutan yang sengaja dipasang di pintu masuk halaman rumah dan dibuat dari sekepeng alias selembar papan/triplek.

Sekepeng tersebut dihias dengan berbagai ornamen bernuansa islami yang di bagian tengahnya biasa ditempatkan pangkal dari kain putih panjang sampai menyentuh pintu rumah. Itu berfungsi sebagai penaung/pelindung bagi pak haji dan ma' haji yang baru datang dari tanah suci untuk memasuki rumah. 

Mungkin ini yang membedakan tradisi Lawang Sekepeng dari Urang Banjar, dengan tradisi masyarakat suku Dayak di Bumi Isen Mulang, Kalimantan Tengah yang kebetulan juga mempunyai tradisi dengan nama persis sama, Lawang Sekepeng juga.

Mudjahidin Lasqi Kalsel 
Mudjahidin Lasqi Kalsel 

Berikut prosesi ritual tradisi Lawang Sekepeng khas Urang Banjar  untuk menyambut kedatangan Pak Haji dan Ma' Haji yang baru saja tiba dari tanah suci, Makkah dan Madinah yang tahun ini bisa dipastikan semakin tidak terlihat alias tidak ada yang akan melaksanakannya! 

Baca Juga :  "Umur Kada Babau", Konsep Waktu ala Urang Banjar Inspirasi Berhaji Selagi Muda!

Pertama, ketika Pak haji dan Ma' haji sampai di muhara Lawang depan (pintu gerbang ; bahasa Banjar) dengan memakai bolang (model ikat kepala dari surban khas ulama Banjar, sekarang banyak diganti dengan songkok putih), surban putih dan juga pakaian yang serba putih juga. 

Biasanya, langsung disambut dengan derap para penerbang alias pemain musik terbang atau hadrah yang memainkan alat musik rebana sambil melantunkan  syair-syair shalawat. Disaat bersamaan, biasanya ada tetua atau juga bagian dari keluarga yang menaburkan baras kuning.

Kedua, Setelah para "penerbang" menuntaskan tugasnya, maka dengan diiringi doa-doa, pak haji dan ma'haji mulai melangkahkan kaki untuk masuk ke halaman rumah melalui jalur beratap kain putih yang membentang dari Lawang Sekepeng sampai muhara lawang rumah.

Sisa Baras Kuning yang Ditabur | @kaekaha
Sisa Baras Kuning yang Ditabur | @kaekaha

Ketiga, di muhara lawang rumah sebelum masuk kedalam rumah, pak haji dan ma'haji yang baru saja datang dari berhaji di tanah suci wajib mencuci kedua kakinya dengan air bunga yang terbuat dari beberapa jenis wangi dan warna-warni bunga. Setelah selesai, keduanya baru dipersilahkan masuk ke dalam rumah.

Baca juga :  Mohon... Jangan Naik Haji Lagi!

Keempat, setelah pak haji dan ma' haji serta semua tamu undangan menempati tempat duduknya masing-masing, tetua kampung atau imam masjid akan memimpin pembacaan syair salawat dan juga pembacaaan ayat-ayat suci Alquran sampai selesai yang dakhiri dengan pembacaan doa.

Kelima, setelah itu Pak haji dan Ma' Haji akan mengeluarkan dan manyurung hidangan berupa beragam makanan kecil khas Arab Saudi, semacam berbagai jenis kurma, kacang Arab, manisan Arab/gulaan/permen sampai air zam-zam dalam teko berwarna kuning keemasan yang biasanya akan dituangkan secara bergantian ke dalam gelas-gelas kecil bergambar Kabah atau kubah hijau makam Nabi di Madinah untuk diminum semua tamu yang hadir.

Camilan khas tanah Arab yang unik | @kaekaha
Camilan khas tanah Arab yang unik | @kaekaha

Setelah itu, acara biasanya diakhiri dengan makan besar alias makan nasi dengan lauk pauk khas olahan kuliner Banjar, seperti Soto/Sop Banjar, Nasi kuning Banjar dan banyak lagi lainnya, walaupun ada juga beberapa yang sekarang juga mulai menghidangkan olahan kuliner khas timur tengah, seperti beragam olahan dari kambing atau domba. 

Ini yang seru, biasanya ditengah-tengah makan besar ini, Pak Haji dan Ma'Haji baru ini juga berbagi oleh-oleh dari tanah suci! 

Semoga bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun