Memang harus diakui, "pesona" bisa mencium langsung kedua tangan orang tua, menghirup segarnya udara pagi kampung halaman, nikmatnya nasi pecel khas ndeso, gulai kepala ikan kakap atau nasi rawon buatan tangan ibu, juga bertemu dengan teman-teman masa kecil sambil menikmati kesyahduan seruan takbir di malam takbiran relatif sulit untuk digantikan oleh apapun.
Dalam keadaan normal seperti sauasana lebaran tahun-tahun sebelumnya it's OK! Kada papa!
Tapi saat ini kita dalam pandemi covid-19! Saat ini kita dalam keadaan darurat, kita "diserang" makhluk super kecil yang tidak terlihat layaknya hantu yang menyebar melalui proses interaksi dengan manusia yang terinfeksi, baik dalam bentuk kontak fisik maupun kontak droplet atau percikan cairan batuk/bersin/nafas penderita yang terkoneksi dengan mata, hidung atau mulut orang lain yang setiap saat juga bisa saja menginfeksi dan membunuh saya, anda, keluarga anda, orang tua anda serta siapa saja dengan cara yang juga tidak terlihat!
Sayangnya lagi, kita tidak tahu siapa saja Orang-orang di sekitar kita yang telah terinfeksi covid-19, carrier atau sedang membawa virus corona kemana-mana meskipun dia sendiri tidak atau belum terinfeksi!? Saya, anda atau siapa? Artinya , siapa yang menjamin kita bersih dan aman dari covid-19, sehingga tetap nekat mau mudik?
Jadi, sekarang saatnya kita berpikir jernih dan logis layaknya orang dewasa. Jangan sampai ego "kekanak-kanakan" kita, memaksakan diri pulang kampung, justeru membawa mudharat, membawa malapetaka, covid-19 yang masih belum ada vaksin dan obatnya untuk keluarga besar kita yang hidup damai sejahtera di kampung halaman. Makanya, lebih baik saat ini #janganmudikdulu ya!
Semoga bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H