Wadai karing sebutan kami Urang Banua atau Urang Banjar untuk kue kering, telah menjadi bagian dari tradisi berlebaran masyarakat muslim nusantara sejak lama.
Bedanya, selain setiap daerah di Indonesia pasti punya wadai karing khas daerahnya masing-masing, dari tahun ke tahun seiring dengan semakin mudahnya akses informasi, wadai karing produksi industri kecil dan menengah dari seluruh pelosok nusantara juga terus berkembang dari sisi kreatifitas dan inovasi.Â
Hanya saja, secara umum dari beragam varian wadai karing populer yang selalu hadir di meja-meja ruang tamu untuk menyambut sanak saudara dan juga handai taulan yang ingin berlebaran sekaligus bersilaturahmi, seperti kue semprit, putri salju dan kastengel yang so classic, juga beragam wadai karing jadul khas nusantara seperti wadai roko atau kue semprong, kambang goyang dsb, tetap saja nama Ananas Taart atau lebih kita kenal sebagai wadai nastar, kue klasik legendaris warisan Belanda sejak ratusan tahun itulah juaranya!Â
Wadai nastar-lah the most favourite cookies in  happy lebaran. Setuju?
Melegendanya wadai nastar berikut variannya yang begitu banyak di Indonesia menjadikannya sebagai salah satu wadai karing paling favorit saat lebaran di Indonesia.
Tapi sayangnya, di Pulau Kalimantan, termasuk di Kota 1000 Sungai, Kota Banjarmasin nan Bungas! Ibu kota Propinsi Kalimantan Selatan, kepopuleran wadai nastar mendapat "pesaing sepadan" dari beberapa wadai karing lokal khas banua Banjar yang tak kalah legendaris dan tentunya menggoda!
Untuk wadai karing bercitarasa manis, Urang Banua mempunyai wadai karing legendaris bercitarasa juara berbahan dasar  gula merah nan legit, bernama wadai ilat sapi atau kue lidah sapi. Dinamai wadai ilat sapi atau kue lidah sapi, karena wadai yang berbahan dasar gula merah cair dan tepung terigu ini bentuknya mirip dengan ujungnya lidah sapi.
 Wadai ilat sapi ini populer di kalangan masyarakat Banjar, baik yang berdomisili di Kalimantan Selatan sendiri maupun diasporanya di Kalimantan Tengah dan juga di Kalimantan Timur. Karena wadai karing ini masih tergolong endemik lokal, jadi relatif sulit untuk ditemukan di luar tiga propinsi diatas. Jadi kalau kepingin ici-icip harap sabar menunggu pandemi covid-19 segera berakhir dan lanjut jalan-jalan ke Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!  Â