Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Memahami Silaturahmi sebagai Kebutuhan dari Kisah Hanacaraka

1 Mei 2020   14:35 Diperbarui: 1 Mei 2020   14:56 8184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN 

Nah, kisah legenda Hanacaraka atau Ajisaka diatas, kalaupun memang bener-benar terjadi, menurut kajian sejarah setting-nya di seputar abad ke- 10 atau lebih dari seribu tahun yang lalu!

Artinya, sangat wajar jika silaturahmi dan juga komunikasi antar masyarakat bahkan yang tergolong sakti seperti Ajisaka dan dua asistennya Dora dan Sembada sekalipun, masih terganggu oleh jarak, infrasruktur dan juga teknologi. Poinnya, sejak dahulu, sejak manusia dilahirkan, manusia memang membutuhkan silaturahmi! 

Selain hikmah tersurat dari kisah Ajisaka dengan Hanacarakanya diatas, bahkan Rasulullah SAW yang eksistensinya lebih awal sekitar 4 (empat) abad sebelum Kerajaan Medan Kamulan, dalam beberapa hadits sahihnya juga mengingatkan perlunya untuk bersilaturahmi. Salah satunya yang paling masyhur adalah HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557 yang artinya,

“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” 

dan HR. Bukhari no. 5983 yang artinya

“Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat).”

Sedangkan yang lebih dahsyat lagi adalah shahih yang diriwayatkan oleh HR. Abu Daud no. 4902, Tirmidzi no. 2511, dan Ibnu Majah no. 4211, shahih yang artinya,

“Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya [di dunia ini]-berikut dosa yang disimpan untuknya [di akhirat]- daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan memutus silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat)"

Selain itu, dalam teori ilmu sosiologi modern juga menyebutkan kodrat manusia memang tidak hanya menjadi makhluk individu saja, tapi juga sebagai makhluk sosial yang "memerlukan" silaturahmi dengan lingkungannya untuk memenuhi semua kebutuhan dan hajat hidupnya. 

Berangkat dari kisah Hanacaraka, hadis sahih Rasulullah SAW dan juga teori ilmu sosiologi diatas, jelas sudah bagaimana posisi silaturahmi bagi kita semua. Termasuk dimasa pandemi covid-19 sekarang ini yang mengharuskan kita semua lebih banyak beraktifitas dari dalam rumah atau lebih dikenal sebagai work from home. 

Dalam keadaan dan situasi apapun dan bagaimanapun, kita tidak boleh atau mungkin justeru memang tidak bisa meninggalkan silaturahmi! Karena sejatinya kita memang sudah dikodratkan menjadi makhluk sosial yang memerlukan silaturahmi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhannya hidup di dunia semata tapi juga di akhirat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun