Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

[Koteka5Tahun] Inilah Makhluk Paling Sexy di Dunia!

17 April 2020   22:01 Diperbarui: 17 April 2020   22:07 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keseksian koran saya temukan mulai saya kelas 4 (empat) SD. Momentumnya adalah ketika saya dan juga teman-teman sekelas diminta untuk membuat kliping dengan tema gambar-gambar olahraga. Saya masih ingat, saat itu kiliping saya didominasi oleh pose garangnya si leher beton Mike Tyson, Martina Navaratilova, si Jelita Stefi Graff dan kompatriotnya sesama Jerman Boris Becker, Diego Maradona, Michel Platini, Rully Nere, Herry Kiswanto, Ellyas Pical, Icuk Sugiarto dll. Saat itu, harga kertas HVS untuk menempel guntingan "klip" itu seharga Rp. 100,- / 6 lembarnya. Hayo kira-kira tahun berapa ya? 

Sejak saat itu, saya tidak bisa lepas dari aktifitas baca koran dan juga meng-kliping koran sampai hari ini! Bedanya, khusus untuk aktifitas  kliping saya tidak lagi fokus pada gambar/berita olahraga saja, tapi lebih cenderung pada reportase pada segmen sosial, seni dan budaya, terlebih yang bercerita keragaman nusantara. 

Inilah salah satu indikator "kelewatan bin kebabalasan"yang disematkan orang tua saya pada kesukaan saya pada aktifitas membaca. Maksudnya? Begini, koran kalau sudah saya potong di beberapa bagian ruasnya untuk keperluan kliping saya, tentu tidak bisa di pakai untuk aktifitas yang lain seperti alas baju di lemari apalagi untuk dijual kiloan pada tukang loak! He...he...he...

Koran Terbitan Pulau Dewata | @kaekaha
Koran Terbitan Pulau Dewata | @kaekaha

Kisah Seru Berburu Koran Daerah

Kecintaan saya pada koran-koran daerah semakin menjadi-jadi, sejak memasuki dekade kedua perburuan atau sejak 2010-an. Jika pada dekade pertama antara 2000-2010, koran daerah biasanya sudah tersedia di meja kerja dimanapun saya melakukan tugas (jadi tidak perlu berburu sendiri), maka pada dekade berikutnya, setelah resign dari tempat kerja, akhirnya saya benar-benar harus berburu sendiri untuk mendapatkan koran-koran daerah yang akan saya bidik! 

Biasanya bila ada kolega di daerah baru yang akan saya kunjungi, sesaat sebelum berangkat saya minta info terkait koran-koran daerah yang terbit dan kemungkinan untuk mendapatkannya. Tapi kalau tidak ada siapa-siapa, itulah saatnya saya harus benar-benar berburu koran di belantara rimba yang belum terjamah! Keren kan?

Baca Juga :  Serunya Berburu Koran Pagi Terbitan Lokal di Kota Garut

Pengalaman berburu koran daerah paling seru yang pernah saya alami adalah saat berburu koran di tanah Suci Makkah, gara-gara terdeteksi membawa sebotol susu onta, indomie goreng dan beberapa eksemplar koran yang semuanya bergambar makhluk hidup (Botol susu onta jelas bergambar onta, indomie bergambar cabe, sedang semua koran yang berhuruf dan berbahasa arab memuat gambar raja) dan "ngeyel" beberapa kali pula berusaha masuk Masjidil Haram melalui sekitar 5 (lima) pintu berbeda, saya dengan anak saya yang saat itu baru kelas 4 SD hampir ditangkap sama askar yang menjaga pintu masjid. Insha Allah kisah menariknya akan saya tulis di episode Ramadhan aja kali ya... Doakan saya sehat dan tetap semangat menulis terus saat puasa ya...! Amin.

Ditengah menjamurnya media online seperti sekarang, berburu koran cetak daerah menjadi relatif lebih berat. Kalaupun beruntung bisa ketemu, sebagian besar umumnya merupakan koran daerah bagian dari jaringan koran nasional. Sangat jarang bertemu dengan koran lokal yang benar-benar mandiri, berdiri sendiri! 


Di Tanjung Pandan, saking susahnya ketemu koran terbitan lokal, akhirnya saya harus berjalan lebih dari 3 (tiga) km untuk mendapatkan koran Belitong Ekspress dan Pos Belitung, bahkan sandal hotel yang saya pakai saat itu sampai sobek dan putus. Tapi inilah keseruannya yang bikin puas! 

Bahkan di kota sebesar Balikpapan, saya harus keliling kota sampai tengah malam untuk mendapatkan sekitar 3 (tiga) eksemplar koran dengan nama berbeda terbitan Kalimantan Timur, sayangnya koran tersebut tertinggal di rumah kerabat yang kebetulan saya singgahi sebelum melanjutkan perjalanan menuju ke Kota Sangatta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun