Pandemi virus Corona (Covid 19) yang sekarang mulai  masuk ke Wilayah Kalimantan Selatan, dibuktikan dengan terdeteksinya salah satu PDP di Rumah Sakit Ulin Banjarmasin positif terkontaminasi virus yang pertama kali muncul di Wuhan China tersebut, benar-benar berdampak nyata pada aktifitas sehari-hari masyarakat dunia, termasuk di Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan.
Jika sebelumnya dikabarkan pusat perbelanjaan terbesar di Banjarmasin tutup juga beberapa pasar tradisional yang juga ikut tutup pasca disemprot cairan desinfehtan, maka kabar berikutnya yang tidak kalah menghentak adalah kabar ditutupnya masjid-masjid di Kota Banjarmasin dan juga masjid-masjid di Kabupaten Banjar untuk aktifitas shalat Jumat hari ini, (20/3/2020).
Baca Juga : Â Mal Terbesar di Banjarmasin Resmi Tutup karena Covid-19
Artinya, hari ini mayoritas masjid di Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar tidak menyelenggarakan ibadah shalat Jumat dan kepada jamaah dihimbau untuk menggantinya dengan ibadah sholat Dhuhur di rumah masing-masing.
Selain Masjid Raya Sabilal Muhtadin dan Masjid Jami Sungai Jingah, masjid-masjid besar yang secara resmi menutup masjid untuk pelaksanaan ibadah sholat Jumat bahkan juga aktifitas ibadah lainnya adalah Masjid Imam Syafi'i di Pemurus Dalam, Banjarmasin, Masjid Al Jihad dan juga Masjid Hasanudin Majdi.
Â
Bagi masyarakat Banjar yang secara tradisional mempunyai kedekatan emosional begitu kuat dengan Islam berikut syariat tuntunannya juga aspek budaya yang menyertainya, tentu situasi "tidak biasa" penutupan masjid-masjid dari aktifitas Sholat Jumat dan dihambau mengganti dengan sholat Dhuhur di rumah bukan sekedar "mengganti" amalan satu dengan amalan lainnya saja! Tapi sebuah situasi dilematis yang memunculkan rasa tidak nyaman yang tentunya memerlukan pemahaman dan juga pengertian yang didasari dengan keilmuan serta keimanan untuk menerimanya.
Diakui atau tidak, memang terasa ganjil dan aneh! Ketika hari Jumat tiba, pintu-pintu masjid di banua Banjar justeru terkunci rapat serta tidak terlihat dan tidak terdengar tanda-tanda syiar Jumat yang telah menjadi bagian dari tradisi dan budaya Urang Banjar sejak berabad-abad lamanya.
Di sinilah penting dan perlunya informasi yang terus up to date serta jaringan media dan juga proses komunikasi yang baik, intensif dan terbuka antara umara (pemimpin pemerintahan), ulama (pemuka agama) dan juga umat (rakyat) di tingkat akar rumput. Umat (rakyat) yang mempunyai latar belakang multidimensi harus bisa mendapatkan akses informasi (baca : penjelasan) yang layak dan memadai sesuai dengan kebutuhannya.