Pohon Tigarun mempunyai ciri daun majemuk yang menjari dengan tiga anak daun yang rata dibagian tepinya dan bagian daging daun relatif tipis dan lunak.
Tangkai daun berbentuk bundar berongga dengan warna hijau bernoktah putih menyerupai lentisel. Daunnya  dan susunannya tidak lengkap. Stipula berlekatan menjadi satu dan terdapat di ketiak daun.
Bunga pohon tigaron merupakan jenis bunga yang lengkap dan sempurna, tergolong bunga majemuk tak berbatas dengan bunga banyak yang terletak pada ujung ranting. Tangkai bunga tidak bercabang-cabang, sehingga bunga langsung terdapat pada ibu tangkainya dan termasuk dalam tipe tandan. Bunganya
Berdasarkan alat kelamin, bunganya termasuk kelompok bunga banci atau berkelamin dua. Bunga jantan dan bunga betina ada pada satu individu, sehingga termasuk berumah satu. Kelopak, mahkota, benang sari, dan daun buah terletak berhadapan atau tumpang tindih.
Buah tigaron yang sejauh ini belum bisa dimanfaatkan, termasuk dalam kelompok buah telanjang atau buah sejati. Buah berdaging dan termasuk buah buni. Saat buahnya membesar dan masak, daun berguguran hingga pohon tanpa daun sama sekali. Pada saat seperti ini, orang mengira pohon tigaron mati.
Jaruk Tigarun
Kosakata Jaruk dalam bahasa Banjar artinya awetan. Hanya saja, proses awetan jaruk dari masing-masing produk makanan bisa berbeda-beda.
Contohnya, Selain Jaruk Tigarun yang proses awetannya dengan cara difermentasi dengan air hangat selama 3-7 hari, Urang Banjar juga mengenal olahan Hintalu Jaruk sebutan telur asin untuk Urang Banjar apalagi dengan produk  Kacang Jaruk. Nah lho, apalagi itu?Â
Kuliner Jaruk Tigarun, meskipun masih ada penjual dan penikmatnya di Kota Banjarmasin dan sekitarnya, tapi bisa dikategorikan langka lho!Â
Citarasanya yang mahung (terjemahan paling dekat mungkin kata "langu" ; bhs Jawa), asam, sedikit getir dan pahit, bahkan ada beberapa yang setelah menyantap kadang merasa pusing, menjadikan lalapan khas Urang Banjar ini jadi kurang populer di generasi kekinian.