Berlibur atau apapun namanya pada dasarnya merupakan alokasi waktu yang umumnya "secara khusus" disiapkan dan dimanfaatkan untuk melepaskan diri dari rutinitas keseharian baik secara mandiri maupun kolegial/berkelompok.
Karena berlibur ternyata tidak hanya melulu berbicara biaya dan waktu semata, apalagi bila liburan dilakukan tidak sendirian alias rame-rame, maka biasanya perlu persiapan-persiapan khusus untuk memuluskan "hajatan" untuk berlibur.
Baca Juga :  Merajut Angan Staycation Asyik di Kota Medan                Â
Dalam perjalanannya, beragam cara, trik dan juga strategi jitu untuk memuluskan "hajatan" berlibur ini dari waktu ke waktu terus berkembang, bertransformasi ke dalam berbagai bentuk konsep yang benar-benar mengikuti perkembangan dan kebutuhan zaman yang semakin compact dan kreatif.
Kreatifitas mengelola liburan ala milenial yang tumbuh dengan berbagai keterbatasan untuk bisa berlibur menikmati waktu-waktu terbaik secara ideal, justeru melahirkan konsep berlibur kekinian yang compact (singkat dan padat), simple (mudah dan dekat) dan berbiaya rendah (low cost) yang belakangan beberapa diantaranya kita kenal sebagai konsep berlibur staycation atau Bleisure Trip dan juga microcation atau mini trip.
Apa itu Microcation?
Microcation atau ada juga yang menyebutnya sebagai minitrip, sebenarnya nggak beda-beda jauh alias masih mirip-mirip juga dengan staycation, yaitu style, cara atau bisa juga disebut sebagai strategi liburan yang pada dasarnya lebih mengedepankan pemanfaatan waktu liburan yang terbatas semaksimal mungkin dan sebisa mungkin tanpa harus mengurangi kualitasnya secara keseluruhan yang salah satu strateginya, adalah dengan menyusun itinerary seefektif dan seefisien mungkin.
Jika mengacu pada riset dari Allianz Global Assistance pada Vacation Confidence Index 2019, Micro-cation didefinisikan sebagai liburan yang memakan waktu lebih pendek dari biasanya, yakni kurang dari lima malam.
Kalaupun tetap harus dibedakan, staycation lebih cenderung fokus pada tempat atau lokasi berlibur yang intinya di wilayah sendiri (bisa dirumah, di hotel kota sendiri atau di hotel negara sendiri), sedangkan microcation lebih cenderung fokus pada waktu liburan yang lebih pendek.Â
Dari orientasi masing-masing style berlibur yang sekarang sedang lagi naik daun tersebut, setidaknya kita bisa melihat diantara keduanya ada celah untuk saling masuk dan saling mengisi. Karenanya saya lebih seka untuk meyebut microcation sebagai versi compact (ringkas dan padat) dari staycation yang bisa dilakukan dimana saja!
Baca Juga : "Negeri Bedil" Cipacing, Etalase Kreativitas Kelas Dunia di Sudut Kota Tahu Sumedang    Â
Contoh riilnya, kalau berlibur "normal" biasanya dengan mendaki gunung-gunung pencakar langit atau berlayar ke pulau-pulau dengan pantai-pantai eksotis, maka dengan microcation, destinasi yang dikunjungi bisa saja tetap seperti liburan seperti biasanya, tapi durasinya dipangkas atau dibikin lebih compact dan kalau tidak memungkinkan, baik juga mencoba destinasi-destinasi lain yang bisa dijangkau dengan alokasi waktu terbatas, seperti mengunjungi museum, pasar seni, pusat-pusat kuliner, sanggat-sanggar suaka seni dan budaya, komunitas adat atau bahkan main paralayang atau downhill di bukit-bukit yang menyediakan arena ketangkasan baru!
Bagaimana, sudah ngeh-kan? Atau jangan-jangan, selama ini kamu sudah lebih dulu menikmati microcation tanpa harus peduli dengan istilah kerennya yang berbau amrik?! Woooow, It's Good Job, Guys!
Dari definisi diatas , Microcation tentu menjadi salah satu jalan keluar terbaik bagi siapa saja yang merasa selalu kesulitan untuk berlibur secara normal, khususnya karena keterbatasan waktu dan biaya. Dengan strategi berlibur ala microcation yang durasinya relatif lebih pendek, tentu akan memangkas biaya berlibur, sehingga memungkinkan siapapun bisa lebih sering berlibur kemana saja sesuai dengan keinginan, bisa sebulan sekali atau bahkan seminggu sekali!       Â
Sebagai ilustrasi, bisa jadi libur akhir pekan sejak Jumat Sore sampai Minggu malam bisa dimanfaatkan untuk mengunjungi keluarga yang sedang nikahan atau mungkin rekan kerja atau kolega yang  melahirkan baby-nya di Pekanbaru, Riau.Â
Walaupun tidak menutup kemungkinan minitrip ke Pekanbaru memang sengaja karena ingin menikmati kentalnya tradisi adat dan budaya melayu di Bumi Bertuah, julukan Kota Pekanbaru Ibu Kota Propinsi Riau.
Hanya saja, seandainya ada keluarga di Pekanbaru, tentu microcation-nya di bumi bertuah semakin sukses alias semakin hemat he...he...he.... ya nggak?Â
Tapi kalaupun tetap memilih menginap di hotel nggak usah khawatir, karena di Pekanbaru sudah berdiri Hotel Cordex Oase Pekanbaru yang dikelola oleh jaringan  Omega Hotel Management, jaringan hotel yang terkenal dengan fasilitas dan layanannya yang fancy, aman dan nyaman tapi tetap menawarkan rate harga yang tetap ramah di kantong kita-kita penikmat microcation, staycation versi compact yang memberikan pengalaan berlibur efektif, efisien dan tentunya padat dengan manfaat. Mau!?
Baca Juga :Â Menikmati Musik Panting & Soto Banjar di Tepian Sungai Martapura Banjarmasin
Selama di Pekanbaru, disela-sela acara keluarga sempatkan untuk keliling Kota dengan mengunjungi Masjid An Nur, landmark kebanggan masyarakat Pekanbaru dan juga Riau, setelah itu jangan lupa mengunjungi Museum Sang Nila Utama, Bandar Serai pusatnya studi sejarah kebudayaan melayu, Istana Siak Sri Indrapura, berburu oleh-oleh khas bumi bertuah di Pasar Bawah.
Khusus untuk kulineran, karena saya penggemar berat beragam kuliner berkuah kaldu maka sasaran tembak saya selama microcation di Pekanbaru pastilah tidak jauh-jauh dari Gulai Ikan Patin yang dikenal sebagai hidangan raja-raja dan juga bangsawan Melayu jaman dulu, Gulai Belacan, Mieso, Sop Rusa, Sop Tunjang, Lakse Kuah dan banyak lagi yang lainnya!
Kira-kira kamu suka yang mana ya?
Semoga Bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H