Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dihadiri Jutaan Orang, Ini Kabar Menyejukkan dari Haul ke-15 Guru Sekumpul di Martapura, Kalimantan Selatan

3 Maret 2020   22:25 Diperbarui: 3 Maret 2020   22:35 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Udara Haul Ke-15 Guru Sekumpul di Martapura (Banua TV )

Sekapur Sirih Sosok Allahyarham (Alm) Tuan Guru KH Muhammad Zaini Abdul Ghani Al-Banjari

Allahyarham (Alm) Tuan Guru KH Muhammad Zaini Abdul Ghani Al-Banjari atau oleh masyarakat Banjar di sebagian besar wilayah Pulau Kalimantan biasa disebut sebagai Guru Ijai atau Abah Guru Sekumpul, merujuk pada nama kampung di Kota Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan tempat rumah tinggal dan juga musholla yang dijadikan Sidin (beliau) untuk memberikan pengajian kepada seluruh jamaah, merupakan tokoh ulama kharismatik dari tanah Banjar yang masih zuriat (keturunan) Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, Ulama besar yang menjadi soko guru para ulama di Kalimantan yang begitu dekat dan sangat dicintai oleh masyarakat Banjar. 

Saking cinta dan dekatnya, menjadi hal yang biasa jika sebagian besar masyarakat Banjar sampai merasa perlu memajang "gambar" (sebutan foto dalam bahasa Banjar) Sidin  di rumah, bahkan juga di berbagai tempat usaha yang dimiliki, terutama toko atau warung makan.

Abah Guru Sekumpul meninggal dunia di Martapura pada usia 63 tahun pada Rabu pagi, 10 Agustus 2005 setelah sehari sebelumnya tiba dari menjalani perawatan sekitar sepuluh hari di RS. Mount Elizabeth Singapura. 

Artinya, 15 tahun sudah sidin telah meninggalkan umat yang biasa mendengarkan tausiah-tausiah sidin, sosok ulama panutan yang selalu menggelorakan salawat Nabi dan penghimpun syari’at, thariqat dan haqiqat, juga seorang hafazh beserta tafsirnya, yaitu tafsir Al-quran al-‘azhim lil-Imamain al-Jalalain.

Semasa hidup, Abah Guru Sekumpul rajin memimpin pengajian di komplek Ar-Raudhah, Sekumpul, Martapura, tiap Minggu sore dan Kamis sore untuk jemaah pria dan Sabtu pagi untuk wanita, kecuali saat sidin sakit. 

Saat sakit, Abah Guru Sekumpul tetap memberikan tausiyah dengan cara bersandar di tepi ranjang di dalam kamar dan disiarkan secara live melalui jaringan televisi lokal yang saat itu bisa diakses dari layar televisi di rumah-rumah penduduk di sekitar kompleks Ar Raudhah yang terbuka lebar menerima jamaah dari penjuru daerah yang datang.

Ini yang unik!

Untuk mengikuti pengajian sidin diakhir 90-an, jamaah memang tidak harus datang langsung ke komplek Ar-Raudhah tempat Sidin memberikan pengajian yang biasanya telah penuh sejak beberapa jam sebelum dimulai bahkan pada momen tertentu bisa penuh sehari sebelumnya, tapi pengajian juga bisa diakses dari rumah-rumah penduduk, juga warung dan disekitar komplek Ar-Raudhah.

15247484525ae1d0a42d9c1-5e5e2b0a097f360aec5f5642.jpg
15247484525ae1d0a42d9c1-5e5e2b0a097f360aec5f5642.jpg
(Alm) Tuan Guru KH Muhammad Zaini Abdul Ghani (nu.or.id)

Haul Ke-15 Allahyarham (Alm) Tuan Guru KH Muhammad Zaini Abdul Ghani 

Haul atau peringatan hari wafat seseorang terutama tokoh ulama yang diadakan setahun sekali, telah lama menjadi bagian tradisi dan budaya sebagian besar masyarakat Banjar di Pulau Kalimantan.

Tidak terkecuali tradisi haul paling tantastis dan fenomenal di bumi Kalimantan dan Indonesia, bahkan mungkin di dunia, yaitu puncak haul atau peringatan hari wafatnya Tuan Guru KH Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Abah Guru Sekumpul di Kota Martapura, Kabupaten Banjar pada tanggal 1-2 Maret 2020 kemarin yang menurut beberapa sumber dihadiri lebih dari 2 juta lebih jamaah dari seluruh pelosok Pulau Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Sumatera, bahkan beberapa negara tetangga dan jazirah arab yang menyerbu Kota Martapura melalui semua jalur transportasi darat, sungai, laut dan udara.

Inilah bukti lain dari kedekatan dan kecintaan umat kepada Allahyarham (Alm) Tuan Guru KH Muhammad Zaini Abdul Ghani. Tidak heran jika setiap tahun, jamaah yang hadir terus bertambah dan luasan gemanya juga semakin melebar yang dibuktikan dari asal jamaah yang semakin jauh dan bervariasi. Jamaah yang hadir tidak hanya didominasi umat yang berbahasa Banjar saja, tapi juga Jawa, Bugis, Makasar, Dayak, Madura dan lainnya.

Selamat Datang dari Gubernur (dokpri)
Selamat Datang dari Gubernur (dokpri)

Menariknya lagi, yang hadir tidak hanya masyarakat umum dan pejabat-pejabat lokal di Kalimantan Selatan atau Pulau Kalimantan semata, tapi juga tokoh-tokoh nasional dari pusat dan juga ulama-ulama negeri jiran dan dari jazirah Arab, termasuk Presiden Joko Widodo beserta jajaran menterinya dan juga Sandiaga Uno yang konon karena "panggilan hati" sejak haul tahun sebelumnya sudah ikut hadir.

Sepertinya, rasa cinta kepada Allahyarham (Alm) Tuan Guru KH Muhammad Zaini Abdul Ghani itulah yang memunculkan "panggilan hati", magnet ajaib yang hanya bisa dirasakan tapi relatif sulit untuk sekedar dijabarkan dengan kata-kata yang menuntun para jamaah dari segala penjuru negeri datang ke Martapura, Kalimantan Selatan "hanya" untuk menghadiri Haul Abah Guru Sekumpul.

Melalui jalur darat, selain moda transportasi umum yang lazim di pakai seperti bus dan beragam minibus, sepeda motor dan juga bajaj yang masih banyak beroperasi, jamaah yang datang ada yang hanya berjalan kaki, ada yang naik becak dan taksi (sebutan urang Banjar untuk angkot) bahkan mengayuh sepeda sampai ratusan kilometer. 

Antrian BBM Gratis (dokpri)
Antrian BBM Gratis (dokpri)

Untuk jalur sungai, karena Kota Martapura juga dilintasi oleh salah satu sungai besar, yaitu Sungai Martapura dan beberapa DAS anak sungai yang menginduk kepadanya, maka banyak juga jamaah dari beberapa kecamatan, kabupaten bahkan propinsi tetangga yang secara khusus datang ke Martapura melalui jalur sungai dengan menggunakan perahu, sampan atau jukung, kelotok (perahu bermesin tempel khas Banjar) dan juga speedboat bagi rombongan keluarga pribadi maupun beramai-ramai berkumpulan. 

Menurut beberapa jamaah, khususnya yang memilih moda transportasi sungai jarak jauh seperti dari Kalimantan Tengah, moda ini dipilih karena bebas macet sehingga lebih cepat sampai dan yang tidak kalah menarik adalah sensasi menyusuri sungai dari Kalimantan Tengah sampai ke Martapura yang juga memberikan pengalaman petualangan luar biasa.   

Kreatifitas Berbagi dan Beragan  Fenomena Inspiratif

Menurut data dari panitia Haul ke-15 Abah Guru Sekumpul, untuk hajatan haul tahun ini setidaknya terdaftar dan terkoordinasi sekitar 25 ribu relawan, 175 unit dapur umum untuk memasak 9 ribu balik/blek beras (1 balik/blek = 20 liter) yang sampai puncak acara terus bertambah, begitu juga dengan jumlah ternak sapi sumbangan masyarakat yang sampai puncak acara tembus diatas angka 600 ekor.

Selain konsumsi "resmi" diatas, sudah menjadi rahasia umum (karena sudah diberitakan di berbagai media sosial dan media masa) jika di sepanjang jalan baik dari arah kota Banjarmasin (tidak termasuk kawasan sebelum Kota Banjarmasin yang terhubung dengan Propinsi Kalbar-Kalteng) saja terdapat lebih dari 40-an rest area yang menyediakan berbagai keperluan para jamaah haul, termasuk konsumsi makan-minum dengan jumlah yang tidak terbatas, begitu juga  fasilitas pijat, bahan bakar, servis kendaraan, tambal ban, transportasi sampai Martapura bahkan penginapan yang semunya gratis tis tis alias tidak perlu bayar! Sungguh luar biasa bukan!?

Berbagi Makanan dan Minuman (dokpri)
Berbagi Makanan dan Minuman (dokpri)

Lebih dahsyat lagi pada jalur dari arah Kalimantan Timur yang berturut-turut  melewati Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan dan terakhir Kabupaten Tapin sebelum masuk ke Kabupaten Banjar dengan pusat kota di Martapura yang menurut laporan dari berbagai netizen di media sosial yang sedang viral ada lebih dari 100-an rest area dengan fasilitas lengkap yang tentunya sangat bermanfaat bagi para jamaah yang datang dari Kalimantan Timur dan juga Sulawesi Barat serta Sulawesi Selatan yang menggunakan jalur darat.

Itulah gambaran cintanya umat kepada Abah Guru Sekumpul, cinta dalam esensinya yang akan terus menumbuhkan kerinduan yang tidak akan ada habisnya sehingga sanggup merelakan segala yang dimiliki untuk "kekasih yang dicintai".

Semoga Bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

KOMBATAN - gambar milik Kombatan
KOMBATAN - gambar milik Kombatan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun