Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Membedah Sedotan "Purun", Si Ramah Lingkungan dari Amuntai Pesanan Pasar Eropa

10 Februari 2020   10:48 Diperbarui: 10 Februari 2020   13:54 1816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Pemotongan (Antara.news)

Masyarakat Kalimantan Selatan telah lama mengenal sekaligus memanfaatkan tanaman purun, keluarga rumput teki-tekian (family Cyperaceae) yang memiliki batang lurus berongga dan tidak mempunyai daun yang banyak tumbuh di rawa tergenang, tepi sungai, gambut dangkal dan tanah cenderung masam untuk diolah menjadi beragam kerajinan tangan berbasis anyaman, seperti tikar, bakul/tas, topi dan banyak lagi yang lainnya, karena sifatnya yang awet dengan kandungan lignin sebanyak 26.4% dan selulosa 32.62%.

Jenis tanaman purun yang banyak tumbuh di Kalimantan Selatan antara lain  jenis purun tikus/mendong (Eleocharis dulcis), purun danau (Lepironia articulata Retz.) dan purun bajang. 

Di Desa Banyu Hirang, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Provinsi Kalimantan Selatan terdapat Kelompok Usaha Bersama (KUB) bernama "Kembang Ilung" yang dalam bahasa Indonesia artinya bunga eceng gondok, selain piawai membuat berbagai kerajinan berbahan purun, pandan, bamban dan ilung (eceng gondok) yang produknya telah diekspor ke Jepang, Belanda, Jerman dan negara eropa lainnya, kelompok kreatif yang dikomandani oleh Supianoor ini juga memproduksi sedotan ramah alam berbahan dasar tanaman Purun Danau (eleocharis dulcis). 

headtopics.com
headtopics.com
Uniknya, bahan purun untuk membuat sedotan ini merupakan purun dengan ukuran batang besar yang biasanya justeru dibuang karena tidak bisa dipakai untuk kerajinan lainnya.

Hebatnya, sedotan ramah lingkungan yang di negeri sendiri sepertinya justeru masih benar-benar asing ini, ternyata laku keras di daratan Eropa. Tidak tanggung-tanggung, Kelompok Usaha Bersama (KUB) "Kembang Ilung" saja saat ini kewalahan untuk memenuhi pesanan dari negara-negara Eropa, khususnya pesanan dari negeri Belanda yang secara rutin tiap bulan memesan sedotan purun Amuntai sebanyak 200 ribu stick dengan harga satuan Rp. 200,-/stick. 

Kendala utama produksi sedotan purun ini sebenarnya cukup menggemaskan! Nah lho!?

Perajin sedotan purun sampai saat ini masih belum mempunyai atau tepatnya menemukan teknologi  alat potong yang pas dan representatif sesuai karakter batang purun yang relatif mudah pecah jika dalam keadaan kering, selain pisau silet yang tipis dan tajam yang diopersaikan secara manual satu-persatu. Ini penyebab lamanya proses produksi, sedangkan bila menggunakan alat potong lain hasilnya banyak yang cacat karena tidak presisi dan juga pecah pada ujung atau pangkalnya.

Proses Pemotongan (Antara.news)
Proses Pemotongan (Antara.news)

Uniknya, bahkan menurut Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop UKM) Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Ahmad Redhani Effendi, seperti dikutip dari kalsel.antaranews.com “Perajin anyaman purun dan ilung di Kabupaten Hulu Sungai Utara terbilang “nekat” menerima dan memenuhi pesanan alat sedotan purun dari perusahaan Belanda sebanyak 200.000 stick/bulan dengan spesifikasi panjang seragam, tidak cacat/pecah ujung, lubangnya bulat, kering dan bersih, padahal alat potong yang digunakan hanya silet.

Selain itu, karena produk kerajinan sedotan purun ini relatif masih baru, maka SDM terampil yang siap kerja juga relatif masih sedikit, khususnya untuk proses pemotongan yang masih manual satu-persatu menggunakan pisau silet dan juga proses pembersihan bagian dalam batang purun dengan alat khusus yang sudah pasti memerlukan ketelatenan dan kesabaran tingkat tinggi.

Sedotan Batang Purun (foreibanjarbaru.or.id)
Sedotan Batang Purun (foreibanjarbaru.or.id)

Apa Kelebihan Ecostraw dari Bahan Purun Danau (Lepironia articulata Retz.)?

Dalam keadaan segar dengan standar suhu kamar, sedotan purun ini bisa bertahan sekitar satu minggu jika tidak digunakan dan akan bertahan lebih lama, sekitar dua minggu jika ditempatkan dalam lemari es. Sedangkan untuk sedotan purun kering yang telah melalui proses pengeringan/penjemuran dan pemanasan dengan oven bisa bertahan sampai setengah tahun atau sekitar enam bulan dalam lemari es.

Selain kelebihan-kelebihan spesifik diatas, penggunaan purun sebagai bahan alternatif sedotan ramah lingkungan juga memberi dampak positif bagi lingkungan, seperti

  1.  Mengurangi sampah sedotan plastik yang diketahui menjadi salah satu penyebab besar pencemaran lingkungan, terutama di lautan.
  2.  Menjawab permintaan masyarakat terhadap peningkatan kesadaran untuk menjaga lingkungan melalui gaya hidup ramah lingkungan.
  3.  Sebagai upaya untuk menumbuhkan ekonomi lahan basah. Dalam jangka panjang, penggunaan purun ini diharapkan juga dapat mencegah terjadinya kebakaran hutan di wilayah lahan rawa gambut.  

Semoga Bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Dok.KOMBATAN
Dok.KOMBATAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun