Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Jaring Tahi Lala, Cara Asyik Menikmati Jengkol ala Urang Banjar

4 Februari 2020   22:50 Diperbarui: 10 Februari 2020   12:02 2214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahi Lala atau Lalaan (dokpri)

Jejak Jaring Nusantara
Buah pohon jengkol (Archidendron pauciflorum) atau kami Urang Banjar biasa menyebutnya dengan sebutan jaring, mirip sekali dengan duo Upin-Ipin yang biasa menyebutnya dengan sebutan  jering.

Sejauh ini lebih identik dengan ragam kuliner khas olahan masyarakat Betawi, terutama yang paling masyhur adalah semur jengkol yang terkenal ke seantero Nusantara gara-gara tokoh Pak Ogah dalam serial boneka Si Unyil yang tayang di TVRI tahun 80-90 an sering menyebut sebagai masakan kesukaannya.

Selain itu, sebagai salah satu kuliner legendaris ibu kota, konon lahirnya olahan semur jengkol  juga menggambarkan wajah Jakarta di masa lalu yang masyarakatnya (Betawi) memang  gemar menanam pohon jengkol di pekarangan rumah, seperti di wilayah Pondok Gede dan Lubang Buaya yang sekarang dikenal sebagai dua daerah pengolah semur jengkol paling enak di Jakarta.

Sayangnya, menurut sejarawan JJ Rizal, memang tidak ada catatan resmi dan spesifik terkait awal mula pemanfaatan buah jengkol untuk konsumsi masyarakat Nusantara termasuk masyarakat Betawi di ibu kota. 

Uniknya, jaring alias jengkol yang dulunya  identik dengan makanan rakyat miskin, rakyat pinggiran dan masyarakat kelas bawah lainnya karena bau khas buahnya yang kurang sedap, apalagi bau tidak sedap pada urin setelah diolah dan diproses oleh pencernaan (terutama jika dimakan segar sebagai lalap), sepertinya sekarang mulai populer kembali tidak hanya di lingkungan masyarakat Betawi di seputaran Jakarta saja, tapi juga di berbagai daerah lain di Indonesia.

dokpriJengkol/Jaring Lengkap dengan Lalaan (dokpri)
dokpriJengkol/Jaring Lengkap dengan Lalaan (dokpri)
Bagi Urang Banjar dan sebagian besar masyarakat Kalimantan Selatan, tanaman asli dan khas kawasan tropis Asia Tenggara yang mempunyai nama berbeda-beda di tiap daerah atau negara.

Seperti sebutan  jengkol atau "erring" di Jawa, lubi di Sulawesi, jariang di Minangkabau/Sumatera Barat, jaring di Lampung, joring atau jering di Batak/Sumatera Utara, juga sebutan "jering" di Malaysia, "da nyin thee" di Myanmar dan  "luk-nieng" atau "luk neang" di Thailand ini bukanlah sesuatu yang asing. 

Bahkan, Urang Banjar sejak lama telah mempunyai budaya kuliner ikonik berbahan dasar dari jaring atau jengkol yang juga telah melegenda, yaitu jaring tahi lala. Uniknya, kuliner ini bukanlah untuk lauk atau sayur elemen teman makan nasi layaknya semur jengkol khas Betawi, tapi lebih sebagai kudapan, penganan atau bisa juga disebut sebagai camilan. Unik kan?

Lhaaaah kok bisa, jengkol yang banyak dihindari oleh banyak masyarakat karena bau "daging-nya" dan juga hasil ekskresi-nya dalam bentuk urine yang biasa meninggalkan bau sangat tajam menusuk hidung kok bisa diolah menjadi kudapan?


Pertanyaan seperti di atas sudah biasa terdengar dari masyarakat di luar bumi Banjar atau Kalimantan Selatan dan atau juga masyarakat yang terlajur phobia bahkan trauma dengan beragam predikat minor jaring alias jengkol terlebih dulu sebelum mencoba merasakan "legitnya" camilan  jaring tahi lala khas Banjar ini.

Tapi kalau sudah mencoba, ekspresinya pasti tidak akan jauh berbeda dengan Deddy Corbuzier dan Rico Ceper host program acara Hitam-Putih di Trans 7 yang langsung jatuh cinta dengan jaring tahi lala olahan Hj Fatimah saat pertama kali mencobanya langsung dalam program acara Hitam-Putih. 

Sekedar informasi, di Banjarmasin keluarga Hj. Fatimah yang dikenal sebagai pemilik kedai Jaring Dahlia ini merupakan salah satu pembuat jaring tahi lala paling enak di Kota 1000 Sungai yang telah memproduksi dan menjual olahan jaring tahi lala sejak tahun 70-an. Dalam sebulan, kedai Jaring Dahlia ini menghabiskan pasokan buah jaring dari berbagai daerah di Pulau Kalimantan, totalnya tak kurang dari 3 ton. 

Tahi Lala atau Lalaan (dokpri)
Tahi Lala atau Lalaan (dokpri)
Unik dan Enaknya Jaring Tahi Lala Khas Urang Banjar
Kudapan Jaring Tahi Lala khas olahan Urang Banjar ini uniknya adalah klaim tidak adanya jejak bau dan rasa khas jaring atau jengkol yang tersisa pada hasil jadi kudapannya, sehingga masyarakat yang sebelumnya phobia atau bahkan trauma dengan bau dan rasa khas jaring bisa lebih menikmatinya dengan aman, nyaman tanpa ada rasa tertekan, bahkan bisa jadi akan ketagihan!

Tapi, olahan Jaring Tahi Lala ini mungkin tidak akan menarik bagi penikmat jaring atau jengkol garis keras! Karena mereka pasti akan berkata "Apa enaknya makan jaring tanpa berasa jaring-nya? Justeru di situ nikmatnya makan jaring!"

Bau dan rasa khas jaring atau jengkol ini bisa direduksi menjadi lebih soft dan renyah karena beberapa sebab, yaitu 

Pertama, perlakuan terhadap bahan baku jaring sejak dari awal. 

  • Dimulai dari pemilihan bahan baku jaring berkualitas yang salah satunya ditandai dengan tingkat kemasakan/ketuaan buah. Semakin tua bahan baku buah jaring, maka semakin berkualitas. 
  • Setelah itu dilanjut dengan proses penyimpanan dengan cara di rendam secara terus menerus dengan menggunakan air bersih yang secara rutin diganti baru sesuai keperluan.  
  • Perlakuan berikutnya adalah pada lamanya proses perebusan yang dalam satu kali perebusan minimal selama 3 jam non stop.  

Kedua, adanya tahi lala atau lalaan, yaitu cocolan teman makan jaring yang terbuat dari saripati santan dengan citarasa khasnya yang gurih. Hanya saja dalam perkembangannya, lalaan ini  sekarang juga tersedia dalam beberapa rasa seperti manis dan asin. Tidak menutup kemungkinan ke depannya akan ada lalaan dengan citarasa cokelat, vanila, cream, susu, kopi dsb. Mau?

Yuk jalan-jalan ke Banjarmasin!

dok. Pribadi
dok. Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun