Jika anda pernah jalan-jalan ke Aussie alias Australia dan sempat berkunjung ke kampung suku Aborigin, tentu anda pasti pernah melihat demo alat musik tiup tradisonal khas Aborigin yang terbuat dari kayu eucalyptus, tanaman khas Australia yang secara alami bagian tengahnya berongga, berbentuk bulat gilig atau silinder dengan ukuran panjang antara 1 - 2 meter yang lazim disebut dengan Didgeridoo?
Atau mungkin senjata “ajaib” khas Aborigin yang kesohor karena bentuknya yang aerodinamis bisa terbang dan sekaligus bisa kembali kepada pemiliknya ketika tidak mengenai sasarannya yang umum disebut sebagai boomerang?
Anda jangan buru-buru tertarik untuk membeli alat musik tiup yang bisa menghasilkan suara yang unik tersebut, karena besar kemungkinan didgeridoo dan boomerang yang tentunya berharga spesial yang akan anda beli itu merupakan produk asli dari Desa Cipacing, Sumedang yang telah rutin diekspor ke beberapa negara pemesan, seperti Malaysia, India, Belanda, Korea dan pastinya Australia yang notabene menjadi kampung halaman suku Aborigin, pemilik asli didgeridoo dan boomerang.
Inilah fakta luar biasanya bakat alam masyarakat Desa Cipacing. Kreatifitas yang telah mendarah daging secara turun temurun sejak jaman nenek moyang menjadikan mereka multitalent yang serba bisa.
Julukan "negeri bedil" yang melekat, secara eksplisit menggambarkan kreatifitas istimewa masyarakat Desa Cipacing dalam membuat dan memproduksi bedil alias senapan.
Bahkan saking kreatifnya, mungkin ada yang masih ingat dengan kasus pen gun alias senapan pena, yaitu senjata api berbentuk pena yang bisa diisi satu peluru tajam untuk membidik sasaran (jarak dekat) hasil kreasi "oknum" pengrajin senapan dari Cipacing yang sempat menghebohkan Indonesia, khususnya polisi beberapa tahun silam!?
Sebelumnya, senjata pen gun pernah populer di dunia setelah James Bond dalam sekuel filmnya Never Say Never Again (1983) menjadikannya sebagai senjata mematikan untuk melumpuhkan musuh-musuhnya.
Meskipun kreatifitas membuat pen gun ini dilarang dan dianggap ilegal, karena dikhawatirkan bisa jatuh ke tangan-tangan yang salah dan dipergunakan untuk tindakan kriminal atau terorisme, tapi fakta pen gun ini membuka mata kita semua terhadap besarnya potensi kreatifitas dan kecerdasan masyarakat Cipacing dalam berkreatifitas dan berinovasi yang tetap memerlukan dukungan dan pembinaan.
Ibaratnya, benda apapun ditangan masyarakat Sumedang bisa diolah menjadi kerajinan tangan dengan nilai estetika kelas dunia dan juga kebermanfaatan maksimal untuk kehidupan sehari-hari.