Seiring perjalanan waktu, Raden Soemadimadja tidak hanya bisa memperbaiki senapan yang rusak saja, tapi juga mampu membuat senapan. Konon, untuk mendalami ilmu tentang pembuatan senapan ini, Raden Soemadimadja pernah belajar sampai ke negeri Belanda dibiayai oleh para juragan kebun.
Setelah puluhan tahun mengalami pasang surut seiring dengan rupa-rupa jaman yang silih berganti mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia mulai dari jaman kolinial, zaman kemerdekaan sampai saat ini dimasa pembangunan, “warisan” keahlian Raden Soemadimadja memperbaiki dan juga membuat senapan masih terjaga dengan baik di sentra kerajinan senapan Desa Cikeruh dan Desa Cipacing.
Konon, fakta ini juga tidak terlepas dari prestise dari profesi perajin senapan angin yang dianggap masyarakat satu level lebih keren daripada profesi umum lainnya. Bahkan karenanya, tidak jarang sampai sekarang masih ada orangtua dari berbagai daerah di luar Desa Cipacing yang ingin menjodohkan anak perempuan mereka dengan lelaki yang bisa membuat senapan. Woooow!
Hebatnya lagi, sebagian besar perajin senapan disini bisa membuat senapan angin dengan model dan sistem apa saja, makanya tidak heran jika mereka juga menerima perbaikan atau servis senapan dengan model dan sistem kerja apa saja, mau sistem pompa, per maupun gas semuanya bisa dikerjakan, termasuk jika ada pesanan senapan dengan bentuk atau motif khusus, asal kalibernya tidak lebih dari 4,5 mm.
Untuk gagang senapan biasanya berbahan kayu sawo (Manilkara zapota), mahoni (Swietenia mahagoni), atau kayu sonokeling (Dalbergia latifolia), sedangkan bagian laras senapan dirakit dari baja atau besi.
Bahkan Desa Cipacing yang lokasinya lebih strategis di tepian jalan nasional Bandung-Garut (Cileunyi) juga menjadi ruang pajang alias etalase dari berbagai produk senapan buatan perajin dari Desa Cikeruh dan Desa Cipacing sendiri dan telah dikenal dunia sebagai “negeri bedil” terbesar di Indonesia.
Disini, berbagai merek senapan baik buatan lokal maupun import yang semuanya berlabel nama-nama asing seperti Benjamin Franklin, Diana, BSA, Meteor, Canon, Sharp, Bowa dan lainnya, bisa didapatkan dengan harga yang sesuai.
Umumnya harga senapan produk lokal jauh lebih murah dibanding produk import, meskipun kualitas keduanya tidak terpaut jauh.
Dari Didgeridoo Aborigin Sampai Jimbe dan Kalimba Afrika
Keriuhan “negeri bedil” Cipacing semakin menggema keseluruh pelosok nusantara, bahkan dunia setelah semua menyadari, kalau masyarakat "negeri bedil" Cipacing ternyata tidak hanya piawai membuat berbagai jenis dan varian teknologi senapan angin saja, tapi ide dan kreatifitas tanpa batas mereka juga menghasilkan beragam kerajinan tangan kelas dunia yang berkualitas ekspor.