Kulit domba dikenal mempunyai pori-pori paling kecil, permukaan paling rata, halus, lembut, dan mempunyai elastisitas paling baik dibanding jenis kulit lainnya. Umumnya memiliki ketebalan antara 0,5 mm-0,8 mm.
Sedangkan standar ketebalan kulit domba untuk produksi jaket kulit Garut dengan kualitas kelas wahid yang sudah tersohor di seantero dunia adalah (maksimal) 0,6 mm, selebihnya masuk kategori kulit domba yang tebal.
Berdasarkan karakteristiknya, secara umum kulit domba untuk bahan jaket ini dibagi lagi menjadi beberapa macam, seperti:
- Jenis Nappa, yaitu jenis kulit domba full grain. Mempunyai karakteristik warna yang rata dan lebih awet dibanding Spinil dan teksturnya juga lentur dan lembut.
- Jenis Spinil, Cirinya mudah dikenali, lebih mengkilap dari jenis nappa, ada bintik-bintik hitam dan warna yang kurang merata, lebih lentur dari pada jenis nappa. Harga lebih mahal dari bahan nappa. Hal ini disebabkan karena proses penyamakannya menggunakan obat kimia yang lebih mahal.
- Jenis Wash, merupakan  jenis kulit hasil sortiran dari bahan nappa dan spinil yang tidak halus yang akhirnya harus melalui tahap proses yang spesial. Sampai akhirnya menjadi jenis kulit dengan motif yang unik. Harganya lebih murah dari bahan nappa dan spinil, kecuali karena keunikan motifnya sehingga harganya jadi lebih mahal.
- Jenis Pull Up, Jenis kulit domba paling mengkilap sekaligus paling mahal.
Sedangkan untuk kulit sapi, dengan tekstur umumnya yang kurang elastis, jika diremas-remas terasa kurang fleksibel. Sehingga akan meninggalkan bekas remasan yang menyebabkan permukaan kulit menjadi kusut.
Kalaupun tetap dibuat jaket, biasanya bukan untuk jaket jenis stylish untuk keperluan fashion, tapi cenderung untuk bahan utama jaket komunitas touring yang memang memerlukan sisi kuat dan ketebalannya untuk melindungi badan dari terpaan angin. Selain itu cocok untuk dibuat menjadi tas, dompet, ikat pinggang, sepatu dan lain-lainnya.
Untuk kulit kambing, berdasar pada karakternya yang relatif lebih kaku, beraroma khas, dan pori-pori besar yang jelas terlihat pada permukaannya, memang tidak cocok untuk bahan jaket kulit.
Walaupun ada juga yang diolah sebagai bahan campuran pembuatan jaket sport atau jaket komunitas touring seperti bahan kulit sapi, kulit kambing lebih cocok untuk pembuatan sepatu, sandal, serta suvenir seperti wayang kulit dan kaligrafi.
Di sentra industri kulit Sukaregang, Garut sangat jarang perajin yang memanfaatkan bahan kulit kerbau untuk produk kerajinan. Kulit kerbau yang relatif tebal dan elastisitasnya yang rendah tidak cocok untuk bahan jaket dan produk fashion lainnya.
Kulit kerbau lebih cocok untuk produk kerajinan helm, sepatu, kursi, dan beragam suvenir seperti gantungan kunci, wayang, kaligrafi, dan lain-lainnya.