Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Umur Kada Babau", Konsep Waktu ala Urang Banjar Inspirasi Berhaji Selagi Muda!

14 Desember 2019   06:56 Diperbarui: 14 Desember 2019   06:58 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aneka Panggilan Allah untuk Manusia (Grafis : annajah.com) 

Jadi jangan heran jika anda ke Kalimantan Selatan dan berbaur dengan Urang Banjar, anda akan sering mendapati panggilan atau sapaan "Ji!" singkatan dari kata "Haji!" Meskipun yang dipanggil belum tentu pernah berhaji! Kebiasaan ini dalam konteks sosial masyarakat Banjar, merupakan sebuah keumuman atau kelaziman yang muncul sebagai respon masyarakat terhadap fakta bahwa sebagian besar masyarakat Banjar memang sudah melaksanakan ibadah haji, kalaupun belum panggilan itu dianggap sebagai doa! 

Karena itu pula, sejak jaman kai-nini bahari (kakek-nenek dahulu) masyarakat Banjar sudah terbiasa untuk mempersiapkan semua keperluan untuk ibadah haji, baik untuk diri sendiri maupun semua anak-cucunya sejak dini. Bahkan, banyak diantaranya yang benar-benar sudah mempersiapkannya sejak si-anak atau si-cucu belum atau baru lahir.  

dokpri
dokpri
Jadi mempersiapkan haji sejak dini bagi masyarakat Banjar, bukan lagi sekedar kebutuhan dan atau kesadaran individu sebagai muslim semata, tapi sudah menjadi tradisi kolektif atau kesadaran komunal yang mengurat dan mengakar pada semua atau setidaknya sebagian besar Urang Banjar. 

Bentuk realitas mempersiapkan ibadah haji sejak dini pada masyarakat Banjar umumnya teraplikasi dalam 2 (dua) tema besar yang keduanya terkait erat dengan kriteria mampu (isthitaah) untuk berhaji, sehat lahir batin dan mampu secara finansial, yaitu :

Pertama. Mempersiapkan fisik, mental dan spiritual dengan cara mempertebal keimanan dan pemahaman keilmuan terkait ibadah haji dan umrah. 

Seperti kita pahami bersama, semua amalan ibadah dalam Agama Islam termasuk Umrah dan Naik Haji, ada ilmu tuntunannya yang wajib dipelajari dan dipahami semua umat Islam, terlebih bagi yang akan melaksanakannya, agar ibadahnya bisa mabrur di sisi Allah SWT dan mendapatkan pahala Surga Firdaus.

Khusus untuk ibadah Haji yang tempat, waktu dan ritualnya memerlukan kesiapan fisik prima, karena banyak aktifitasnya harus berjalan kaki sampai puluhan kilometer ditengah cuaca musim panas maupun musin dingin di Saudi Arabia yang sama-sama ekstrem, umumnya jauh-jauh hari alias sejak dini juga telah diantisipasi Urang Banjar dengan berolahraga rutin, seperti mendayung jukung yang setiap hari menjadi alat transportasi, bisa juga dengan jogging atau setidaknya jalan kaki rutin setiap pagi dan petang di pematang lahan rawa di sekeliling rumah sambil mengambil jebakan ikan yang dipasang sehari sebelumnya dan yang tidak kalah pentingnya adalah selalu mengkonsumsi asupan bergizi seimbang, seperti ikan haruan atau  sapat segar hasil tangkapan, sayur sulur teratai segar yang sehat dari rawa belakang rumah dan juga minum-minuman yang menyehatkan.

Sedangkan persiapan psikis, mental dan spiritualnya, dengan banyak membaca buku panduan haji atau bisa juga dengan mengakses situs haji.kemenag.go.id milik kementerian agama yang berisi berbagai informasi haji up to date atau bisa juga dengan mengunduh aplikasi Haji Pintar di gadget. Sedangkan bagi jamaah yang mau berangkat, selain bisa mengakses layanan diatas, diwajibkan untuk mengikuti program manasik haji secara sungguh-sungguh untuk mengenal medan, ritual dan tentunya sesama jamaah satu rombongan/kloter.  

Ilustrasi Celengan Bambu Jaman Dulu (jendelakecildunia.com)
Ilustrasi Celengan Bambu Jaman Dulu (jendelakecildunia.com)

Kedua. Tradisi menabung ala Urang Banjar yang unik dan inspiratif pada masanya! 

Tradisi atau kebiasaan menabung, sebenarnya sudah menjadi tradisi turun temurun Urang Banjar sejak dulu. Dikenal sebagai masyarakat pedagang yang sudah pasti mempunyai rumus pakulihan (penghasilan) yang tidak menentu, agar tetap cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sekaligus tetap mempunyai dana siaga, Urang Banjar sejak dini sudah dipaksa oleh keadaan dan lingkungan untuk menabung, dengan cara menyisihkan sedikit-demi sedikit pakulihan yang didapat setaip harinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun